CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages - Menu

Rabu, 22 Mei 2013

As Always It's You -Chapter 3-

-Choi Jangmi POV-
Dua hari sudah berlalu. Hari ini adalah hari adik-adik asuhku pulang dari Jeju-do. Selesai kuliah tadi, aku langsung ke kafe tempatku bekerja part time untuk mengajukan izin mengganti shift kerjaku menjadi malam hari. Kemudian aku langsung menuju bandara untuk menjemput mereka. Setelah 15 menit menunggu, pesawat dari Jeju-do pun tiba. Dari pintu kedatangan domestik, aku melihat Jiho dan Yoona sedang mendorong 2 koper besar. Sedangkan keempat adikku yang lain berjalan paling depan. Dari jauh aku juga melihat dua orang dewasa, seorang namja dan seorang perempuan yang berjalan di belakang adik-adikku. Dari cara Jiho bicara dengan mereka, sepertinya mereka adalah pendamping.
Hmm, baguslah ternyata mereka dijaga dengan baik. Mereka juga tampak senang. “Yaedeul-ah!!” teriakku.
“Eonni!!” Mendengar suaraku, Eunbok, Eunhee, Sunji, dan Minju langsung berlari ke arahku. Yoona langsung mendorong kopernya cepat-cepat.
“Heeei. Apa kalian sehat? Bagaimana kegiatan di sana? Joha?”
“Ne, neomu joha! Di sana sangat menyenangkan, tempatnya juga sangat indah. Lalu,” ucap Minju bersemangat sampai kemudian suara seorang yeoja memotong kalimatnya.
“Apa anda Choi Jangmi-ssi?” tanya yeoja itu. Tampaknya yeoja ini tidak begitu ramah.
“Ah, ne. Saya wali mereka. Saya datang untuk menjemput mereka.”
“Nama saya Bae Sooji. Baguslah anda tidak terlambat menjemput. Ah, dan ini,”
“Kita bertemu lagi Jangmi-ssi.” Aku benar-benar tidak sadar bahwa namja pendamping adik-adikku adalah Bang Yongnam. Pasti karena aku terlalu memperhatikan ketidakramahan Bae Sooji-ssi.
“Bang Yongnam-ssi? Kau salah satu pendamping mereka?”
“Begitulah. Aku tidak tahu kalau mereka adik-adikmu.”
“Ehm ehm. Jadi kalian sudah saling kenal?” tanya Bae Sooji.
“Choi Jangmi-ssi ini temanku. Teman lama.” jawab Yongnam.
“Ah, keurae? Baguslah kalau begitu. Kau bisa menjelaskan sendiri padanya kan? Aku masih ada pekerjaan lain.” ucap Bae Sooji sambil melihat jam tangannya dengan gelisah.
“Baiklah. Bukan sesuatu yang sulit.”
Setelah kepergian Bae Sooji, aku langsung melanjutkan percakapan dengan Yongnam.
“Kau ini hobi ya, membohongi orang dengan mengatakan kita teman. Padahal kita baru kenal.” ucapku dengan nada sedikit sinis.
“Hahaha. Mianhaeyo. Kalau begitu mulai hari ini kita berteman.”
“Tunggu, tunggu. Mana bisa kau memutuskan sepihak begitu. Bagaimanapun kita baru kenal.”
“Sudahlah. Lagipula, dari cerita adik-adikmu mengenai kau, aku sudah cukup mengenalmu.”
“Cerita? Kalian cerita apa?” tanyaku pada adik-adikku.
“Sudahlah, tidak enak bicara di tempat ramai begini. Ayo, kuantar kalian pulang. Ada mobil yang datang menjemputku. Jadi, tidak perlu menunggu taksi.”
“Piru eobsoyo. Kami akan membuatmu repot. Lagipula, bukannya kau yang bilang, aku harus hati-hati pada orang asing?”
“Kita kan sudah berteman. Aku dan adik-adikmu juga sudah bersahabat selama dua hari ini. Benar kan anak-anak?”
“Nee!!” jawab adik-adikku berbarengan. Aku menurut saja dan kami berjalan bersama menuju pintu keluar.
-.-
-Bang Yongnam POV-
“Nuna, gomawo sudah mau menjemput.” ucapku. Kami sudah berada di dalam mobil dan sedang dalam perjalanan menuju rumah singgah Choi Jangmi dan nuna bersedia menjemputku di bandara.
“Dwaesseo. Tapi bukankah seharusnya kau memperkenalkan yeoja cantik ini.”
“Ah, aku lupa. Mianhae. Nuna, dia ini Choi Jangmi-ssi, wali asuh dari anak-anak ini. Anak-anak ini ikut dalam acara UNICEF kemarin. Choi Jangmi-ssi, ini nunaku yang paling cantik, ya karena memang dia satu-satunya nunaku sih. Hahaha.” ucapku sambil bergurau.
“Ya!! Dasar kau. Annyeonghaseyo Choi jangmi-ssi, Bang Hyojin imnida. Maafkan dongsaengku ini ya. Dia memang suka sedikit usil.”
“Choneun Choi Jangmi imnida. Hahaha. Gwenchanayo.” jawab Jangmi dengan canggung.
“Kau tidak keberatan kan, kalau aku menyalakan radio? Yongnam-ah, nyalakan radionya.”
“Arasseo.” Setelah beberapa saat mencari saluran dengan suara yang jernih, Rain Sound sedang diputar. Sengaja kulirihkan suaranya karena anak-anak sudah tertidur.
“Wah, akhirnya mendengar suaranya lagi. Yang satu sedang duduk di sampingku, yang satu sedang sibuk menyanyi di sana-sini.”
“Enak saja. Nuna, aku juga punya pekerjaan dan project-project yang sedang kukerjakan.” jawabku ketus.
“Hahaha. Na ara, nongdamiya. Aku cuma merindukannya saja. Dia sibuk sekali. Sudah beberapa minggu ini aku tidak bisa bicara dengannya. Apa dia meneleponmu?”
“Ani. Seperti yang kau katakan tadi, dia pasti sedang sibuk nuna. Aku juga tidak mau mengganggu dengan meneleponnya.”
“Benar. Lagipula kalian kan kembar, seharusnya kalian bisa saling merasakan kan. Hahaha.”
“Mwoya~ Kita ini sudah dewasa nuna, jangan bicara seperti itu lagi. Seperti anak kecil saja.”
“Kembaran? Memang kau kembar ya?” tanya Jangmi tiba-tiba. Asik bicara dengan nuna, aku jadi lupa kalau dia ada di sini. Dia benar-benar tidak tahu kalau aku kembaran Yongguk? Apa dia tidak tahu B.A.P?
“Iya kembar. Bang Yongnam, Bang Yongguk, dan aku Bang Hyojin. Mengerti?” jawab nuna sambil tersenyum geli.
“Bang Yongguk? B.A.P?! Astaga. Aku benar-benar tidak tahu. Pantas saja aku merasa wajahmu familiar.”
“Hahaha. Benarkah kau tidak tahu? Jangan-jangan kau tidak mengenal B.A.P? Wah, kalau benar begitu, Himchan pasti sedih dan berkata mereka harus bekerja keras lagi. Hahaha.”
“Anieyo. Tentu saja aku tahu B.A.P. Setelah dilihat-lihat, kurasa mereka memang kembar. Tapi tetap saja, mereka berbeda.” ucap Jangmi.
“Apa maksudmu berbeda? Yongguk lebih tampan dariku begitu?” tanyaku dengan nada tidak suka.
“Memangnya siapa yang bilang begitu? Maksudku berbeda, ya berbeda. Kau ya kau, Yongguk ya Yongguk.”
“Keurae? Apa kau tidak sedang berbohong karena tidak enak padaku?”
“Tentu saja aku jujur. Buat apa aku berbohong padamu. Kau ini sensitif sekali.” jawabnya dengan galak.
“Yongnam-ah, kau sedang lapar ya? Kenapa marah-marah seperti itu?” tanya nuna.
“Aku tidak marah. Mianhaeyo, Jangmi-ssi. Aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi, benarkan kau tidak bohong? Baguslah.” ucapku sambil tersenyum padanya dan menatap matanya. Sepertinya dia jujur. Yah, kuharap begitu, ucapku dalam hati.
Aku benar-benar bosan, jika ada orang yang mengaitkan aku dengan Yongguk. Bukan berarti aku tidak suka dia jadi terkenal seperti ini. Tentu saja aku bahagia dia bisa sukses. Masalahnya karena kami kembar, semua orang jadi sering mengaitkan aku dengannya. Aku juga tidak bisa pergi dengan tenang karena selalu ada saja fans yang mengenaliku. Follower twitterku yang tadinya hanya 10 menjadi 1000, tapi itupun karena fans-fans B.A.P. Aku ingin dikenal sebagai diriku sendiri, Bang Yongnam, bukan kembaran Yongguk.
-.-
-Choi Jangmi POV-
“Kamsahamnida, Hyojin eonni. Maaf sudah merepotkan.” ucapku sambil membungkuk.
“Gwenchanayo. Aku senang kok bisa berkenalan denganmu. Kau yakin tidak ingin ikut pulang denganku?” ucap Hyojin eonni padaku dan pada Yongnam.
“Ani, aku masih ada perlu. Kau pulang duluan saja. Oiya, tolong bilang pada eomma juga ya.” jawab Yongnam.
“Arasseo. Kalau begitu, aku pergi dulu. Annyeong Jangmi-ssi.”
“Ne. Hati-hati di jalan eonni.” Aku dan Yongnam menunggu hingga mobil Hyojin eonni melewati tikungan.
“Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu.” ucapku. Aku sedang berjalan menuju halaman rumah ketika aku sadar ternyata Yongnam juga berjalan di sampingku.
“Mwohaeyo? Bukannya tadi kau bilang masih ada urusan? Kenapa ikut masuk ke dalam?” tanyaku.
“Ah, aku ingin mampir dulu. Boleh kan?”
“Ne?! Mampir? Memangnya kau tidak lelah dan ingin istirahat ya?”
“Justru itu. Aku akan istirahat di dalam. Berarti boleh kan? Ayo cepat jalannya. Udara sudah mulai dingin.” ucapnya sambil menarik lenganku.
Di rumah, anak-anak langsung menuju kamar dan melanjutkan tidur mereka. Aku dan Eunhee membereskan koper-koper mereka, sedangkan Yongnam menonton TV di ruang depan.
“Selesai. Eunhee-ah, setelah ini eonni langsung berangkat ke coffee shop ya. Kau istirahat lagi saja.” ucapku setelah selesai membereskan 2 koper besar yang mereka bawa ke Jeju-do.
“Ne, eonni.” jawabnya sambil menguap. Di ruang depan, aku melihat Yongnam masih asik menonton acara berita di TV.
“Cheogiyo, aku mau pergi. Kau tidak berencana untuk pulang?” tanyaku padanya.
“Sudah mau pergi? Kemana?”
Ya ampun, kenapa sih namja ini. Aneh sekali. Untuk apa dia bertanya-tanya seperti itu. “Aku mau ke coffee shop. Aku harus bekerja.”
“Aah.. Keuraeyo? Kalau begitu aku ikut.”
“Mwohaeyo? Mau apa kau?” ucapku.
“Tentu saja makan dan minum kopi. Mau apa lagi?”
“Tapi jangan mengeluh ya. Aku ke sana naik bis, bukan naik mobil.”
“Arasseoyo. Ayo cepat berangkat.”
Di perjalanan menuju coffee shop, aku menyadari bahwa Yongnam adalah orang yang sangat baik. Yongnam memiliki kepedulian yang sangat tinggi dan dia selalu percaya bahwa kebaikan bahkan dimulai dari hal-hal yang kecil. Banyak sekali yang ia ceritakan padaku. Kesukaannya pada musik rock, kepeduliannya pada anak-anak, hobinya, keluarganya. Mendengar semua ceritanya, tentu saja membuatku penasaran. Apa Yongguk juga seperti ini? Sebagai fansnya tentu aku tahu kalau dia juga pendonor UNICEF, tapi selain itu aku tidak tahu. Seberapa besar dia mencintai hip-hop, hobinya, keinginannya, mimpi-mimpinya. Saat aku ingin mengutarakan pertanyaan-pertanyaanku, ucapan Yongnam membuatku terhenti.
“Seperti yang semua orang tahu, aku dan Yongguk adalah saudara kembar. Kami punya banyak kesamaan dan juga perbedaan Jangmi-ssi. Aku bahagia bisa melihatnya sukses seperti sekarang. Tapi, ketika orang-orang memperhatikanku karena aku adalah saudara kembarnya membuatku tidak nyaman. Aku ingin, jika memang ada orang yang mengenalku, mereka mengenalku sebagai Yongnam. Mengenal karya-karyaku dan diriku yang sebenarnya.”
Saat mendengar ini aku jadi melihat sisi yang berbeda darinya. Yongnam juga ingin membuktikan dirinya sendiri.
“Ah, mian. Bicaraku jadi melantur.” ucapnya ketika melihatku hanya terdiam.
“Gwenchanayo. Tapi, tunggu. Kau bilang apa tadi? Mian? Sejak kapan kau menggunakan banmal padaku? Kita kan belum lama kenal.” Mendengar ucapanku Yongnam malah tertawa dan aku pun ikut tertawa. Dari sinilah persahabatan kami dimulai.
-.-
-Choi Jangmi POV-
Persahabatanku dengan Yongnam masih terus berlanjut. Semakin mengenalnya, aku jadi semakin yakin akan kebaikannya. Dia sering datang ke rumah singgah sambil membawa banyak sekali makanan untuk anak-anak. Tak jarang dia juga menjemputku pulang dari coffee shop, jika sudah terlalu malam atau hanya sekedar mengantarku ke toko buku. Sering kukatakan bahwa dia tak perlu berbuat seperti itu padaku, tapi dia selalu beralasan bahwa sekalian dia pergi ke sini atau ke sana.
“Aku masih heran, bagaimana bisa kau berpikir seperti itu, Jangmi-ah?” tanya Yongnam sambil tertawa ketika mendengar perkataanku. Selama ini, aku jarang sekali menanyakan tentang Yongguk, meski aku penasaran setengah mati. Aku takut pertanyaanku bisa menyinggung hatinya, sampai suatu hari ia tahu entah darimana bahwa aku adalah fans B.A.P. Kami sedang berada di mobilnya menuju gedung TS entertainment karena Yongnam mengajakku.
“Dulu kau sendiri yang bilang, kau tidak ingin jadi bayang-bayang Yongguk. Jadi kupikir..”
“Hahaha. Bukan berarti seperti itu kan. Masa sampai kau tidak cerita bahwa kau adalah fans B.A.P dan menahan diri untuk tidak bertanya tentang Yongguk. Apalagi Yongguk adalah biasmu kan?”
“Keurae, jalmothaesseo. Jjohnya?” Dasar Yongnam! Aku begini kan supaya tidak menyakiti hatinya. Babo! Menyebalkan.
“Arasseo, arasseo. Mian. Tapi aku benar-benar teman yang buruk ya. Aku sama sekali tidak tahu kalau kau suka B.A.P. Jinjja mianhae.” Suaranya yang berat saat meminta maaf benar-benar terdengar lucu di telingaku sehingga membuatku tertawa.
“Hahaha. Dwaesseo. Dan sebagai bentuk permintaan maaf kau mengajakku juga hari ini. Kau yakin aku malah tidak akan mengganggu kalian?”
“Tentu saja tidak. Jadwal B.A.P sedang kosong. Jadi selagi sempat aku mau mengunjungi Yongguk. Lagipula aku juga mau bertemu Himchan.”
Setibanya kami di gedung TS, Yongnam langsung menelepon Yongguk. “Yongguk-ah, aku sudah sampai. Apa? Makan siang? Eo, arasseo.”
“Ada apa? Tidak jadi ketemu ya?” tanyaku segera setelah Yongnam menutup telepon. Tak bisa kupungkiri aku sedikit merasa kecewa membayangkan tidak jadi bertemu dengan B.A.P.
“Jadi. Yongguk bilang dia dan member yang lain belum makan siang. Jadi dia mengajak bertemu sambil makan siang saja.”
“Oh, begitu. Mmm, Yongnam-ah, apa kau juga akrab dengan member-member yang lain?”
“Hmm, pyeollu ya. Biasa saja. Paling dekat dengan Himchan, mungkin karena kami seumuran.”
“Ah, keurae. Mmm, Yongnam-ah, apa penampilanku oke? Gwenchana?”
“Hahaha. Kau ini kenapa Jangmi-ah? Tidak usah nervous begitu, ini kan cuma B.A.P. Seperti mau bertemu siapa saja. Hahaha.”
“Ya!! Neo! Awas ya kau, menggodaku terus seperti itu.”
“Kau lucu sih. Hahaha. Penampilanmu oke, tenang saja. Ah, itu mereka.” Secara refleks aku pun mengikuti arah pandang Yongnam. Itu B.A.P, benar-benar member B.A.P. Mereka sedang berjalan menuju mobil. Mereka memakai pakaian casual sehari-hari seperti biasa. Yongguk dengan headphone menggantung di leher, Himchan dengan tangan kanan yang masih diperban, Zelo yang sedang menarik-narik tangan kanan Himchan, serta Jongup, Daehyun dan Youngjae yang sedang bercanda satu sama lain. Yongguk sudah hampir membuka pintu mobil sisiku ketika kacanya terbuka. Yongguk tampak terkejut ketika melihatku.
“Mian, aku tadi belum bilang. Aku mengajak temanku.” ucap Yongnam.
“Eo? Eo, keurae.” Yongguk menjawab dengan bingung. Apa dia merasa tidak nyaman aku ada di sini?
Di perjalanan, mobil benar-benar terasa sangat ramai. Yongnam dan Yongguk bicara sambil bertukar kabar, sedangkan member-member yang lain bercanda sendiri-sendiri. Meski begitu, anehnya aku tidak merasa canggung sama sekali. Dengan hati senang aku mendengarkan candaan-candaan mereka.
“Ya!! Apeo!” teriak Himchan ketika Zelo sekali lagi menarik tangan kanannya. Zelo dengan usil mengatakan bahwa ia ingin menandatangani perban Himchan. Tapi, Himchan tidak mengizinkannya.
“Ah, Hyung. Izinkan aku menandatanganinya. Aku juga akan menggambar sesuatu yang lucu. Jadi perbanmu tidak akan tampak membosankan.”
“Andwae. Memangnya aku fansmu. Lagipula gambar anak kecil bahkan lebih bagus daripada gambarmu. Jadi jangan coba-coba.” Mendengar ucapan Himchan ini, tanpa sadar aku jadi tertawa sendiri. Mendengarku tiba-tiba tertawa, mereka langsung terdiam.
“Mianhaeyo. Aku tidak bermaksud mengganggu kalian.” Aku jadi merasa tidak enak pada mereka.
“Kau tidak mengganggu Jangmi-ah. Mian, aku melupakanmu. Yaedeul-ah, ini temanku, namanya Choi Jangmi.” ucap Yongnam yang kemudian disambut dengan sapaan untukku oleh member B.A.P.
“Annyeonghaseyo. Choi Jangmi imnida. Sekali lagi aku minta maaf kalau aku mengganggu kalian.”
“Aniyo, kau sama sekali tidak mengganggu Jangmi-ssi.” ucap Himchan dengan senyum manisnya.
“Chingueyo hyung? Jinjjayo? Kukira yeochinmu.” tanya Daehyun dari kursi paling belakang pada Yongnam. Aku yang mendengar pertanyaan ini jadi kaget setengah mati.
“Ne?! Aniyo. Aku bukan yeochin-nya. Kami cuma berteman saja kok.”
“Syukurlah.”
“Ne?!” ucapku sambil menoleh ke belakang. Yongguk? Apa maksudnya bicara seperti itu?
“Eo… Syukurlah kau tidak berpacaran dengannya. Kau pasti tidak tahu betapa buruknya dia.” ucap Yongguk terbata-bata.
“Ya!! Apa maksudmu? Seenaknya saja bicara. Awas ya kau. Sudahlah, kita sudah sampai. Ayo turun.” jawab Yongnam sambil setengah tertawa.
-.-
-Bang Yongguk POV-
Tanpa sadar aku jadi bicara blak-blakan seperti tadi. Babo! ucapku dalam hati. Aku benar-benar merasa lega karena jawaban Jangmi bahwa dia bukanlah pacar Yongnam. Saat melihatnya duduk di kursi penumpang depan, aku benar-benar kaget. Pertama, karena aku tidak menyangka bisa bertemu lagi dengannya. Kedua, karena aku mengira dia adalah yeochin Yongnam. Tapi syukurlah dugaanku salah. Dari yang kulihat sepertinya Jangmi dan Yongnam memang sudah berteman cukup lama.
Selama makan siang, Jangmi tampak santai. Meski sedikit berbicara, dia tidak terlihat canggung sama sekali. Jangmi lebih banyak tersenyum dan tertawa menanggapi pembicaraan dan candaan kami. Aku ingat, di acara UNICEF beberapa bulan yang lalu, adiknya mengatakan bahwa dia adalah fans berat kami. Saat itu dia tampak malu, sedangkan sekarang dia tampak biasa saja. Aku tidak melihat euforia yang biasanya ada pada fans-fans lain. Apa dia sudah tidak jadi fans kami lagi?
Kami sudah ada di mobil dan hampir berangkat ketika Jangmi menyadari bahwa handphonenya tidak ada. “Mungkin tertinggal di dalam. Perlu kubantu mencari?” ucap Yongnam. Mobil sudah setengah keluar tempat parkir, akan sulit kalau Yongnam pergi dan diganti yang lain.
“Aku saja yang bantu mencari. Kau keluarkan saja mobilnya dulu.” ucapku.
“Kita cari saja dulu di meja tempat kita makan tadi.” ucapku pada Jangmi.
Sesampainya di sana, meja kami sudah kosong dan bersih. “Tenang. Kita tanya saja pada pelayan di sana ya.” Wajahnya tampak mulai panik, aku jadi tidak tega melihatnya.
Setelah bertanya pada pelayan yang membersihkan meja kami, ternyata ia memang menemukan sebuah handphone. Pelayan itu kemudian menyimpannya agar tidak hilang dan agar bisa dikembalikan pada pemiliknya.
“Syukurlah handphone ku tidak hilang. Aku benar-benar panik. Gomawoyo, sudah membantuku mencari.” Kami mengobrol sambil menunggu pelayan tadi mengambil handphone Jangmi di bagian depan restauran.
“Tidak perlu berterima-kasih. Ah, Jangmi-ssi, ada yang ingin kutanyakan padamu.”
“Ne? Tanya apa?”
“Mmm, aku ingat pernah bertemu denganmu. Kau yeoja yang jadi wali asuh di acara UNICEF beberapa bulan yang lalu kan? Kau juga pernah datang di acara fanmeeting kami, kau sedang berulang tahun waktu itu. Benar?”
“Kau ingat? Aku tidak menyangka kau mengingatku. Itu adalah hari ulang tahun yang paling indah. Aku senang kau masih mengingatku.”
“Tentu saja aku ingat. Tapi, kau benar-benar fans yang berbeda ya. Kau tampak biasa saja bertemu kami hari ini, kalau fans lain pasti sudah heboh dan punya euforia besar.”
Mendengar pertanyaanku, dia malah tertawa. “Tentu saja aku bahagia bisa bertemu kalian. Tapi tidak mungkin kan aku berteriak di sini. Bisa-bisa semua orang tahu kalian di sini dan kalian jadi tidak bisa makan dengan tenang. Aku yakin, pasti jarang jadwal kalian kosong dan bisa beristirahat sejenak seperti ini.”
Mengetahui apa yang dipikirkannya, membuatku kaget. Tidak kusangka dia mempertimbangkan hal-hal kecil seperti itu. Yeoja ini benar-benar berbeda.
“Gomawoyo Jangmi-ssi. Kau benar, jarang sekali kami bisa beristirahat seperti ini. Ah, ulang tahunmu waktu itu, seharusnya aku memberi kado yang lebih baik.”
“Aniyo. Tidak perlu. Saat itu kalian menyanyikan lagu untukku saja sudah cukup.” bantahnya.
“Eeii, andwaeyo. Aku tetap akan memberikan sesuatu untukmu. Boleh kuminta nomor handphonemu?” ucapku sambil mengeluarkan handphone dari saku untuk mencatat nomor Jangmi.
“Ne? Untuk apa Yongguk-ssi?”
“Kalau aku ingin memberi kado untukmu, aku harus tahu kemana mengantarnya kan? Dan untuk itu tentu saja aku perlu bisa menghubungimu.” ucapku sambil tersenyum. Jangmi tampak gugup. Wajahnya memerah, lucu sekali.
“Arasseo.” Kemudian Jangmi menyebutkan deretan nomornya. Assa! Dapat! Mulai saat ini aku bisa menghubunginya. Saat itu aku menyadari, aku mulai benar-benar menyukai yeoja ini. Choi Jangmi, aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya, ucapku dalam hati.

2 komentar:

mawameah mengatakan...

and the war start..
Go Yong Guk!haha

Aninditya mengatakan...

muahahahahahhaha
Yongguk agak telat nih majunya :P
Go Daehyun !! #ehh

Posting Komentar

B.A.P

B.A.P