-Choi Jangmi POV-
Dua hari sudah berlalu. Hari ini adalah hari adik-adik asuhku
pulang dari Jeju-do. Selesai kuliah tadi, aku langsung ke kafe tempatku bekerja
part time untuk mengajukan izin
mengganti shift kerjaku menjadi malam
hari. Kemudian aku langsung menuju bandara untuk menjemput mereka. Setelah 15
menit menunggu, pesawat dari Jeju-do pun tiba. Dari pintu kedatangan domestik,
aku melihat Jiho dan Yoona sedang mendorong 2 koper besar. Sedangkan keempat
adikku yang lain berjalan paling depan. Dari jauh aku juga melihat dua orang
dewasa, seorang namja dan seorang perempuan yang berjalan di belakang
adik-adikku. Dari cara Jiho bicara dengan mereka, sepertinya mereka adalah
pendamping.
Hmm, baguslah ternyata
mereka dijaga dengan baik. Mereka juga tampak senang. “Yaedeul-ah!!”
teriakku.
“Eonni!!” Mendengar suaraku, Eunbok, Eunhee, Sunji, dan Minju
langsung berlari ke arahku. Yoona langsung mendorong kopernya cepat-cepat.
“Heeei. Apa kalian sehat? Bagaimana kegiatan di sana? Joha?”
“Ne, neomu joha! Di sana sangat menyenangkan, tempatnya juga
sangat indah. Lalu,” ucap Minju bersemangat sampai kemudian suara seorang yeoja
memotong kalimatnya.
“Apa anda Choi Jangmi-ssi?” tanya yeoja itu. Tampaknya yeoja ini tidak begitu ramah.
“Ah, ne. Saya wali mereka. Saya datang untuk menjemput
mereka.”
“Nama saya Bae Sooji. Baguslah anda tidak terlambat menjemput.
Ah, dan ini,”
“Kita bertemu lagi Jangmi-ssi.” Aku benar-benar tidak sadar
bahwa namja pendamping adik-adikku adalah Bang Yongnam. Pasti karena aku
terlalu memperhatikan ketidakramahan Bae Sooji-ssi.
“Bang Yongnam-ssi? Kau salah satu pendamping mereka?”
“Begitulah. Aku tidak tahu kalau mereka adik-adikmu.”
“Ehm ehm. Jadi kalian sudah saling kenal?” tanya Bae Sooji.
“Choi Jangmi-ssi ini temanku. Teman lama.” jawab Yongnam.
“Ah, keurae? Baguslah kalau begitu. Kau bisa menjelaskan
sendiri padanya kan? Aku masih ada pekerjaan lain.” ucap Bae Sooji sambil
melihat jam tangannya dengan gelisah.
“Baiklah. Bukan sesuatu yang sulit.”
Setelah kepergian Bae Sooji, aku langsung melanjutkan percakapan
dengan Yongnam.
“Kau ini hobi ya, membohongi orang dengan mengatakan kita
teman. Padahal kita baru kenal.” ucapku dengan nada sedikit sinis.
“Hahaha. Mianhaeyo. Kalau begitu mulai hari ini kita berteman.”
“Tunggu, tunggu. Mana bisa kau memutuskan sepihak begitu.
Bagaimanapun kita baru kenal.”
“Sudahlah. Lagipula, dari cerita adik-adikmu mengenai kau, aku
sudah cukup mengenalmu.”
“Cerita? Kalian cerita apa?” tanyaku pada adik-adikku.
“Sudahlah, tidak enak bicara di tempat ramai begini. Ayo,
kuantar kalian pulang. Ada mobil yang datang menjemputku. Jadi, tidak perlu
menunggu taksi.”
“Piru eobsoyo. Kami akan membuatmu repot. Lagipula, bukannya
kau yang bilang, aku harus hati-hati pada orang asing?”
“Kita kan sudah berteman. Aku dan adik-adikmu juga sudah bersahabat
selama dua hari ini. Benar kan anak-anak?”
“Nee!!” jawab adik-adikku berbarengan. Aku menurut saja dan
kami berjalan bersama menuju pintu keluar.
-.-
-Bang Yongnam POV-
“Nuna, gomawo sudah mau menjemput.” ucapku. Kami sudah berada
di dalam mobil dan sedang dalam perjalanan menuju rumah singgah Choi Jangmi dan
nuna bersedia menjemputku di bandara.
“Dwaesseo. Tapi bukankah seharusnya kau memperkenalkan yeoja
cantik ini.”
“Ah, aku lupa. Mianhae. Nuna, dia ini Choi Jangmi-ssi, wali
asuh dari anak-anak ini. Anak-anak ini ikut dalam acara UNICEF kemarin. Choi
Jangmi-ssi, ini nunaku yang paling cantik, ya karena memang dia satu-satunya
nunaku sih. Hahaha.” ucapku sambil bergurau.
“Ya!! Dasar kau. Annyeonghaseyo Choi jangmi-ssi, Bang Hyojin
imnida. Maafkan dongsaengku ini ya. Dia memang suka sedikit usil.”
“Choneun Choi Jangmi imnida. Hahaha. Gwenchanayo.” jawab
Jangmi dengan canggung.
“Kau tidak keberatan kan, kalau aku menyalakan radio?
Yongnam-ah, nyalakan radionya.”
“Arasseo.” Setelah beberapa saat mencari saluran dengan suara
yang jernih, Rain Sound sedang diputar. Sengaja kulirihkan suaranya karena
anak-anak sudah tertidur.
“Wah, akhirnya mendengar suaranya lagi. Yang satu sedang duduk
di sampingku, yang satu sedang sibuk menyanyi di sana-sini.”
“Enak saja. Nuna, aku juga punya pekerjaan dan project-project yang sedang kukerjakan.”
jawabku ketus.
“Hahaha. Na ara, nongdamiya. Aku cuma merindukannya saja. Dia
sibuk sekali. Sudah beberapa minggu ini aku tidak bisa bicara dengannya. Apa
dia meneleponmu?”
“Ani. Seperti yang kau katakan tadi, dia pasti sedang sibuk
nuna. Aku juga tidak mau mengganggu dengan meneleponnya.”
“Benar. Lagipula kalian kan kembar, seharusnya kalian bisa
saling merasakan kan. Hahaha.”
“Mwoya~ Kita ini sudah dewasa nuna, jangan bicara seperti itu
lagi. Seperti anak kecil saja.”
“Kembaran? Memang kau kembar ya?” tanya Jangmi tiba-tiba. Asik bicara dengan nuna, aku jadi lupa kalau
dia ada di sini. Dia benar-benar tidak tahu kalau aku kembaran Yongguk? Apa dia
tidak tahu B.A.P?
“Iya kembar. Bang Yongnam, Bang Yongguk, dan aku Bang Hyojin.
Mengerti?” jawab nuna sambil tersenyum geli.
“Bang Yongguk? B.A.P?! Astaga. Aku benar-benar tidak tahu.
Pantas saja aku merasa wajahmu familiar.”
“Hahaha. Benarkah kau tidak tahu? Jangan-jangan kau tidak mengenal
B.A.P? Wah, kalau benar begitu, Himchan pasti sedih dan berkata mereka harus
bekerja keras lagi. Hahaha.”
“Anieyo. Tentu saja aku tahu B.A.P. Setelah dilihat-lihat,
kurasa mereka memang kembar. Tapi tetap saja, mereka berbeda.” ucap Jangmi.
“Apa maksudmu berbeda? Yongguk lebih tampan dariku begitu?”
tanyaku dengan nada tidak suka.
“Memangnya siapa yang bilang begitu? Maksudku berbeda, ya
berbeda. Kau ya kau, Yongguk ya Yongguk.”
“Keurae? Apa kau tidak sedang berbohong karena tidak enak
padaku?”
“Tentu saja aku jujur. Buat apa aku berbohong padamu. Kau ini
sensitif sekali.” jawabnya dengan galak.
“Yongnam-ah, kau sedang lapar ya? Kenapa marah-marah seperti
itu?” tanya nuna.
“Aku tidak marah. Mianhaeyo, Jangmi-ssi. Aku tidak bermaksud
seperti itu. Tapi, benarkan kau tidak bohong? Baguslah.” ucapku sambil
tersenyum padanya dan menatap matanya. Sepertinya
dia jujur. Yah, kuharap begitu, ucapku dalam hati.
Aku benar-benar bosan, jika ada orang yang mengaitkan aku
dengan Yongguk. Bukan berarti aku tidak suka dia jadi terkenal seperti ini.
Tentu saja aku bahagia dia bisa sukses. Masalahnya karena kami kembar, semua
orang jadi sering mengaitkan aku dengannya. Aku juga tidak bisa pergi dengan
tenang karena selalu ada saja fans yang mengenaliku. Follower twitterku yang tadinya hanya 10 menjadi 1000, tapi itupun
karena fans-fans B.A.P. Aku ingin dikenal sebagai diriku sendiri, Bang Yongnam,
bukan kembaran Yongguk.
-.-
-Choi Jangmi POV-
“Kamsahamnida, Hyojin eonni. Maaf sudah merepotkan.” ucapku
sambil membungkuk.
“Gwenchanayo. Aku senang kok bisa berkenalan denganmu. Kau
yakin tidak ingin ikut pulang denganku?” ucap Hyojin eonni padaku dan pada
Yongnam.
“Ani, aku masih ada perlu. Kau pulang duluan saja. Oiya, tolong
bilang pada eomma juga ya.” jawab Yongnam.
“Arasseo. Kalau begitu, aku pergi dulu. Annyeong Jangmi-ssi.”
“Ne. Hati-hati di jalan eonni.” Aku dan Yongnam menunggu
hingga mobil Hyojin eonni melewati tikungan.
“Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu.” ucapku. Aku sedang
berjalan menuju halaman rumah ketika aku sadar ternyata Yongnam juga berjalan
di sampingku.
“Mwohaeyo? Bukannya tadi kau bilang masih ada urusan? Kenapa
ikut masuk ke dalam?” tanyaku.
“Ah, aku ingin mampir dulu. Boleh kan?”
“Ne?! Mampir? Memangnya kau tidak lelah dan ingin istirahat
ya?”
“Justru itu. Aku akan istirahat di dalam. Berarti boleh kan?
Ayo cepat jalannya. Udara sudah mulai dingin.” ucapnya sambil menarik lenganku.
Di rumah, anak-anak langsung menuju kamar dan melanjutkan
tidur mereka. Aku dan Eunhee membereskan koper-koper mereka, sedangkan Yongnam
menonton TV di ruang depan.
“Selesai. Eunhee-ah, setelah ini eonni langsung berangkat ke coffee shop ya. Kau istirahat lagi
saja.” ucapku setelah selesai membereskan 2 koper besar yang mereka bawa ke
Jeju-do.
“Ne, eonni.” jawabnya sambil menguap. Di ruang depan, aku
melihat Yongnam masih asik menonton acara berita di TV.
“Cheogiyo, aku mau pergi. Kau tidak berencana untuk pulang?”
tanyaku padanya.
“Sudah mau pergi? Kemana?”
Ya ampun, kenapa sih
namja ini. Aneh sekali. Untuk apa dia bertanya-tanya seperti itu. “Aku mau
ke coffee shop. Aku harus bekerja.”
“Aah.. Keuraeyo? Kalau begitu aku ikut.”
“Mwohaeyo? Mau apa kau?” ucapku.
“Tentu saja makan dan minum kopi. Mau apa lagi?”
“Tapi jangan mengeluh ya. Aku ke sana naik bis, bukan naik mobil.”
“Arasseoyo. Ayo cepat berangkat.”
Di perjalanan menuju coffee
shop, aku menyadari bahwa Yongnam adalah orang yang sangat baik. Yongnam
memiliki kepedulian yang sangat tinggi dan dia selalu percaya bahwa kebaikan
bahkan dimulai dari hal-hal yang kecil. Banyak sekali yang ia ceritakan padaku.
Kesukaannya pada musik rock, kepeduliannya pada anak-anak, hobinya,
keluarganya. Mendengar semua ceritanya, tentu saja membuatku penasaran. Apa
Yongguk juga seperti ini? Sebagai fansnya tentu aku tahu kalau dia juga pendonor
UNICEF, tapi selain itu aku tidak tahu. Seberapa besar dia mencintai hip-hop,
hobinya, keinginannya, mimpi-mimpinya. Saat aku ingin mengutarakan
pertanyaan-pertanyaanku, ucapan Yongnam membuatku terhenti.
“Seperti yang semua orang tahu, aku dan Yongguk adalah saudara
kembar. Kami punya banyak kesamaan dan juga perbedaan Jangmi-ssi. Aku bahagia
bisa melihatnya sukses seperti sekarang. Tapi, ketika orang-orang
memperhatikanku karena aku adalah saudara kembarnya membuatku tidak nyaman. Aku
ingin, jika memang ada orang yang mengenalku, mereka mengenalku sebagai
Yongnam. Mengenal karya-karyaku dan diriku yang sebenarnya.”
Saat mendengar ini aku jadi melihat sisi yang berbeda darinya.
Yongnam juga ingin membuktikan dirinya sendiri.
“Ah, mian. Bicaraku jadi melantur.” ucapnya ketika melihatku
hanya terdiam.
“Gwenchanayo. Tapi, tunggu. Kau bilang apa tadi? Mian? Sejak
kapan kau menggunakan banmal padaku? Kita kan belum lama kenal.” Mendengar
ucapanku Yongnam malah tertawa dan aku pun ikut tertawa. Dari sinilah
persahabatan kami dimulai.
-.-
-Choi Jangmi POV-
Persahabatanku dengan Yongnam masih terus berlanjut. Semakin
mengenalnya, aku jadi semakin yakin akan kebaikannya. Dia sering datang ke
rumah singgah sambil membawa banyak sekali makanan untuk anak-anak. Tak jarang
dia juga menjemputku pulang dari coffee
shop, jika sudah terlalu malam atau hanya sekedar mengantarku ke toko buku.
Sering kukatakan bahwa dia tak perlu berbuat seperti itu padaku, tapi dia
selalu beralasan bahwa sekalian dia pergi ke sini atau ke sana.
“Aku masih heran, bagaimana bisa kau berpikir seperti itu,
Jangmi-ah?” tanya Yongnam sambil tertawa ketika mendengar perkataanku. Selama
ini, aku jarang sekali menanyakan tentang Yongguk, meski aku penasaran setengah
mati. Aku takut pertanyaanku bisa menyinggung hatinya, sampai suatu hari ia
tahu entah darimana bahwa aku adalah fans B.A.P. Kami sedang berada di mobilnya
menuju gedung TS entertainment karena Yongnam mengajakku.
“Dulu kau sendiri yang bilang, kau tidak ingin jadi bayang-bayang
Yongguk. Jadi kupikir..”
“Hahaha. Bukan berarti seperti itu kan. Masa sampai kau tidak
cerita bahwa kau adalah fans B.A.P dan menahan diri untuk tidak bertanya
tentang Yongguk. Apalagi Yongguk adalah biasmu kan?”
“Keurae, jalmothaesseo. Jjohnya?” Dasar Yongnam! Aku begini kan supaya tidak menyakiti hatinya. Babo!
Menyebalkan.
“Arasseo, arasseo. Mian. Tapi aku benar-benar teman yang buruk
ya. Aku sama sekali tidak tahu kalau kau suka B.A.P. Jinjja mianhae.” Suaranya
yang berat saat meminta maaf benar-benar terdengar lucu di telingaku sehingga
membuatku tertawa.
“Hahaha. Dwaesseo. Dan sebagai bentuk permintaan maaf kau
mengajakku juga hari ini. Kau yakin aku malah tidak akan mengganggu kalian?”
“Tentu saja tidak. Jadwal B.A.P sedang kosong. Jadi selagi sempat
aku mau mengunjungi Yongguk. Lagipula aku juga mau bertemu Himchan.”
Setibanya kami di gedung TS, Yongnam langsung menelepon
Yongguk. “Yongguk-ah, aku sudah sampai. Apa? Makan siang? Eo, arasseo.”
“Ada apa? Tidak jadi ketemu ya?” tanyaku segera setelah
Yongnam menutup telepon. Tak bisa kupungkiri aku sedikit merasa kecewa
membayangkan tidak jadi bertemu dengan B.A.P.
“Jadi. Yongguk bilang dia dan member yang lain belum makan
siang. Jadi dia mengajak bertemu sambil makan siang saja.”
“Oh, begitu. Mmm, Yongnam-ah, apa kau juga akrab dengan
member-member yang lain?”
“Hmm, pyeollu ya. Biasa saja. Paling dekat dengan Himchan,
mungkin karena kami seumuran.”
“Ah, keurae. Mmm, Yongnam-ah, apa penampilanku oke?
Gwenchana?”
“Hahaha. Kau ini kenapa Jangmi-ah? Tidak usah nervous begitu,
ini kan cuma B.A.P. Seperti mau bertemu siapa saja. Hahaha.”
“Ya!! Neo! Awas ya kau, menggodaku terus seperti itu.”
“Kau lucu sih. Hahaha. Penampilanmu oke, tenang saja. Ah, itu
mereka.” Secara refleks aku pun mengikuti arah pandang Yongnam. Itu B.A.P, benar-benar
member B.A.P. Mereka sedang berjalan menuju mobil. Mereka memakai pakaian casual sehari-hari seperti biasa.
Yongguk dengan headphone menggantung
di leher, Himchan dengan tangan kanan yang masih diperban, Zelo yang sedang
menarik-narik tangan kanan Himchan, serta Jongup, Daehyun dan Youngjae yang
sedang bercanda satu sama lain. Yongguk sudah hampir membuka pintu mobil sisiku
ketika kacanya terbuka. Yongguk tampak terkejut ketika melihatku.
“Mian, aku tadi belum bilang. Aku mengajak temanku.” ucap
Yongnam.
“Eo? Eo, keurae.” Yongguk menjawab dengan bingung. Apa dia merasa tidak nyaman aku ada di sini?
Di perjalanan, mobil benar-benar terasa sangat ramai. Yongnam
dan Yongguk bicara sambil bertukar kabar, sedangkan member-member yang lain
bercanda sendiri-sendiri. Meski begitu, anehnya aku tidak merasa canggung sama
sekali. Dengan hati senang aku mendengarkan candaan-candaan mereka.
“Ya!! Apeo!” teriak Himchan ketika Zelo sekali lagi menarik
tangan kanannya. Zelo dengan usil mengatakan bahwa ia ingin menandatangani
perban Himchan. Tapi, Himchan tidak mengizinkannya.
“Ah, Hyung. Izinkan aku menandatanganinya. Aku juga akan
menggambar sesuatu yang lucu. Jadi perbanmu tidak akan tampak membosankan.”
“Andwae. Memangnya aku fansmu. Lagipula gambar anak kecil
bahkan lebih bagus daripada gambarmu. Jadi jangan coba-coba.” Mendengar ucapan
Himchan ini, tanpa sadar aku jadi tertawa sendiri. Mendengarku tiba-tiba
tertawa, mereka langsung terdiam.
“Mianhaeyo. Aku tidak bermaksud mengganggu kalian.” Aku jadi
merasa tidak enak pada mereka.
“Kau tidak mengganggu Jangmi-ah. Mian, aku melupakanmu.
Yaedeul-ah, ini temanku, namanya Choi Jangmi.” ucap Yongnam yang kemudian
disambut dengan sapaan untukku oleh member B.A.P.
“Annyeonghaseyo. Choi Jangmi imnida. Sekali lagi aku minta
maaf kalau aku mengganggu kalian.”
“Aniyo, kau sama sekali tidak mengganggu Jangmi-ssi.” ucap
Himchan dengan senyum manisnya.
“Chingueyo hyung? Jinjjayo? Kukira yeochinmu.” tanya Daehyun
dari kursi paling belakang pada Yongnam. Aku yang mendengar pertanyaan ini jadi
kaget setengah mati.
“Ne?! Aniyo. Aku bukan yeochin-nya. Kami cuma berteman saja
kok.”
“Syukurlah.”
“Ne?!” ucapku sambil menoleh ke belakang. Yongguk? Apa maksudnya bicara seperti itu?
“Eo… Syukurlah kau tidak berpacaran dengannya. Kau pasti tidak
tahu betapa buruknya dia.” ucap Yongguk terbata-bata.
“Ya!! Apa maksudmu? Seenaknya saja bicara. Awas ya kau.
Sudahlah, kita sudah sampai. Ayo turun.” jawab Yongnam sambil setengah tertawa.
-.-
-Bang Yongguk POV-
Tanpa sadar aku jadi
bicara blak-blakan seperti tadi. Babo! ucapku dalam hati. Aku benar-benar
merasa lega karena jawaban Jangmi bahwa dia bukanlah pacar Yongnam. Saat
melihatnya duduk di kursi penumpang depan, aku benar-benar kaget. Pertama,
karena aku tidak menyangka bisa bertemu lagi dengannya. Kedua, karena aku
mengira dia adalah yeochin Yongnam. Tapi syukurlah dugaanku salah. Dari yang
kulihat sepertinya Jangmi dan Yongnam memang sudah berteman cukup lama.
Selama makan siang, Jangmi tampak santai. Meski sedikit
berbicara, dia tidak terlihat canggung sama sekali. Jangmi lebih banyak
tersenyum dan tertawa menanggapi pembicaraan dan candaan kami. Aku ingat, di
acara UNICEF beberapa bulan yang lalu, adiknya mengatakan bahwa dia adalah fans
berat kami. Saat itu dia tampak malu, sedangkan sekarang dia tampak biasa saja.
Aku tidak melihat euforia yang biasanya ada pada fans-fans lain. Apa dia sudah tidak jadi fans kami lagi?
Kami sudah ada di mobil dan hampir berangkat ketika Jangmi
menyadari bahwa handphonenya tidak
ada. “Mungkin tertinggal di dalam. Perlu kubantu mencari?” ucap Yongnam. Mobil
sudah setengah keluar tempat parkir, akan sulit kalau Yongnam pergi dan diganti
yang lain.
“Aku saja yang bantu mencari. Kau keluarkan saja mobilnya
dulu.” ucapku.
“Kita cari saja dulu di meja tempat kita makan tadi.” ucapku
pada Jangmi.
Sesampainya di sana, meja kami sudah kosong dan bersih.
“Tenang. Kita tanya saja pada pelayan di sana ya.” Wajahnya tampak mulai panik,
aku jadi tidak tega melihatnya.
Setelah bertanya pada pelayan yang membersihkan meja kami,
ternyata ia memang menemukan sebuah handphone.
Pelayan itu kemudian menyimpannya agar tidak hilang dan agar bisa dikembalikan
pada pemiliknya.
“Syukurlah handphone
ku tidak hilang. Aku benar-benar panik. Gomawoyo, sudah membantuku mencari.”
Kami mengobrol sambil menunggu pelayan tadi mengambil handphone Jangmi di bagian depan restauran.
“Tidak perlu berterima-kasih. Ah, Jangmi-ssi, ada yang ingin
kutanyakan padamu.”
“Ne? Tanya apa?”
“Mmm, aku ingat pernah bertemu denganmu. Kau yeoja yang jadi
wali asuh di acara UNICEF beberapa bulan yang lalu kan? Kau juga pernah datang
di acara fanmeeting kami, kau sedang
berulang tahun waktu itu. Benar?”
“Kau ingat? Aku tidak menyangka kau mengingatku. Itu adalah
hari ulang tahun yang paling indah. Aku senang kau masih mengingatku.”
“Tentu saja aku ingat. Tapi, kau benar-benar fans yang berbeda
ya. Kau tampak biasa saja bertemu kami hari ini, kalau fans lain pasti sudah
heboh dan punya euforia besar.”
Mendengar pertanyaanku, dia malah tertawa. “Tentu saja aku
bahagia bisa bertemu kalian. Tapi tidak mungkin kan aku berteriak di sini.
Bisa-bisa semua orang tahu kalian di sini dan kalian jadi tidak bisa makan
dengan tenang. Aku yakin, pasti jarang jadwal kalian kosong dan bisa
beristirahat sejenak seperti ini.”
Mengetahui apa yang dipikirkannya, membuatku kaget. Tidak
kusangka dia mempertimbangkan hal-hal kecil seperti itu. Yeoja ini benar-benar
berbeda.
“Gomawoyo Jangmi-ssi. Kau benar, jarang sekali kami bisa
beristirahat seperti ini. Ah, ulang tahunmu waktu itu, seharusnya aku memberi
kado yang lebih baik.”
“Aniyo. Tidak perlu. Saat itu kalian menyanyikan lagu untukku
saja sudah cukup.” bantahnya.
“Eeii, andwaeyo. Aku tetap akan memberikan sesuatu untukmu.
Boleh kuminta nomor handphonemu?”
ucapku sambil mengeluarkan handphone dari
saku untuk mencatat nomor Jangmi.
“Ne? Untuk apa Yongguk-ssi?”
“Kalau aku ingin memberi kado untukmu, aku harus tahu kemana
mengantarnya kan? Dan untuk itu tentu saja aku perlu bisa menghubungimu.”
ucapku sambil tersenyum. Jangmi tampak gugup. Wajahnya memerah, lucu sekali.
“Arasseo.” Kemudian Jangmi menyebutkan deretan
nomornya. Assa! Dapat! Mulai saat ini aku
bisa menghubunginya. Saat itu aku menyadari, aku mulai benar-benar menyukai
yeoja ini. Choi Jangmi, aku akan
mendapatkanmu bagaimanapun caranya, ucapku dalam hati.
2 komentar:
and the war start..
Go Yong Guk!haha
muahahahahahhaha
Yongguk agak telat nih majunya :P
Go Daehyun !! #ehh
Posting Komentar