CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages - Menu

Rabu, 22 Mei 2013

As Always It's You -Chapter 3-

-Choi Jangmi POV-
Dua hari sudah berlalu. Hari ini adalah hari adik-adik asuhku pulang dari Jeju-do. Selesai kuliah tadi, aku langsung ke kafe tempatku bekerja part time untuk mengajukan izin mengganti shift kerjaku menjadi malam hari. Kemudian aku langsung menuju bandara untuk menjemput mereka. Setelah 15 menit menunggu, pesawat dari Jeju-do pun tiba. Dari pintu kedatangan domestik, aku melihat Jiho dan Yoona sedang mendorong 2 koper besar. Sedangkan keempat adikku yang lain berjalan paling depan. Dari jauh aku juga melihat dua orang dewasa, seorang namja dan seorang perempuan yang berjalan di belakang adik-adikku. Dari cara Jiho bicara dengan mereka, sepertinya mereka adalah pendamping.
Hmm, baguslah ternyata mereka dijaga dengan baik. Mereka juga tampak senang. “Yaedeul-ah!!” teriakku.
“Eonni!!” Mendengar suaraku, Eunbok, Eunhee, Sunji, dan Minju langsung berlari ke arahku. Yoona langsung mendorong kopernya cepat-cepat.
“Heeei. Apa kalian sehat? Bagaimana kegiatan di sana? Joha?”
“Ne, neomu joha! Di sana sangat menyenangkan, tempatnya juga sangat indah. Lalu,” ucap Minju bersemangat sampai kemudian suara seorang yeoja memotong kalimatnya.
“Apa anda Choi Jangmi-ssi?” tanya yeoja itu. Tampaknya yeoja ini tidak begitu ramah.
“Ah, ne. Saya wali mereka. Saya datang untuk menjemput mereka.”
“Nama saya Bae Sooji. Baguslah anda tidak terlambat menjemput. Ah, dan ini,”
“Kita bertemu lagi Jangmi-ssi.” Aku benar-benar tidak sadar bahwa namja pendamping adik-adikku adalah Bang Yongnam. Pasti karena aku terlalu memperhatikan ketidakramahan Bae Sooji-ssi.
“Bang Yongnam-ssi? Kau salah satu pendamping mereka?”
“Begitulah. Aku tidak tahu kalau mereka adik-adikmu.”
“Ehm ehm. Jadi kalian sudah saling kenal?” tanya Bae Sooji.
“Choi Jangmi-ssi ini temanku. Teman lama.” jawab Yongnam.
“Ah, keurae? Baguslah kalau begitu. Kau bisa menjelaskan sendiri padanya kan? Aku masih ada pekerjaan lain.” ucap Bae Sooji sambil melihat jam tangannya dengan gelisah.
“Baiklah. Bukan sesuatu yang sulit.”
Setelah kepergian Bae Sooji, aku langsung melanjutkan percakapan dengan Yongnam.
“Kau ini hobi ya, membohongi orang dengan mengatakan kita teman. Padahal kita baru kenal.” ucapku dengan nada sedikit sinis.
“Hahaha. Mianhaeyo. Kalau begitu mulai hari ini kita berteman.”
“Tunggu, tunggu. Mana bisa kau memutuskan sepihak begitu. Bagaimanapun kita baru kenal.”
“Sudahlah. Lagipula, dari cerita adik-adikmu mengenai kau, aku sudah cukup mengenalmu.”
“Cerita? Kalian cerita apa?” tanyaku pada adik-adikku.
“Sudahlah, tidak enak bicara di tempat ramai begini. Ayo, kuantar kalian pulang. Ada mobil yang datang menjemputku. Jadi, tidak perlu menunggu taksi.”
“Piru eobsoyo. Kami akan membuatmu repot. Lagipula, bukannya kau yang bilang, aku harus hati-hati pada orang asing?”
“Kita kan sudah berteman. Aku dan adik-adikmu juga sudah bersahabat selama dua hari ini. Benar kan anak-anak?”
“Nee!!” jawab adik-adikku berbarengan. Aku menurut saja dan kami berjalan bersama menuju pintu keluar.
-.-
-Bang Yongnam POV-
“Nuna, gomawo sudah mau menjemput.” ucapku. Kami sudah berada di dalam mobil dan sedang dalam perjalanan menuju rumah singgah Choi Jangmi dan nuna bersedia menjemputku di bandara.
“Dwaesseo. Tapi bukankah seharusnya kau memperkenalkan yeoja cantik ini.”
“Ah, aku lupa. Mianhae. Nuna, dia ini Choi Jangmi-ssi, wali asuh dari anak-anak ini. Anak-anak ini ikut dalam acara UNICEF kemarin. Choi Jangmi-ssi, ini nunaku yang paling cantik, ya karena memang dia satu-satunya nunaku sih. Hahaha.” ucapku sambil bergurau.
“Ya!! Dasar kau. Annyeonghaseyo Choi jangmi-ssi, Bang Hyojin imnida. Maafkan dongsaengku ini ya. Dia memang suka sedikit usil.”
“Choneun Choi Jangmi imnida. Hahaha. Gwenchanayo.” jawab Jangmi dengan canggung.
“Kau tidak keberatan kan, kalau aku menyalakan radio? Yongnam-ah, nyalakan radionya.”
“Arasseo.” Setelah beberapa saat mencari saluran dengan suara yang jernih, Rain Sound sedang diputar. Sengaja kulirihkan suaranya karena anak-anak sudah tertidur.
“Wah, akhirnya mendengar suaranya lagi. Yang satu sedang duduk di sampingku, yang satu sedang sibuk menyanyi di sana-sini.”
“Enak saja. Nuna, aku juga punya pekerjaan dan project-project yang sedang kukerjakan.” jawabku ketus.
“Hahaha. Na ara, nongdamiya. Aku cuma merindukannya saja. Dia sibuk sekali. Sudah beberapa minggu ini aku tidak bisa bicara dengannya. Apa dia meneleponmu?”
“Ani. Seperti yang kau katakan tadi, dia pasti sedang sibuk nuna. Aku juga tidak mau mengganggu dengan meneleponnya.”
“Benar. Lagipula kalian kan kembar, seharusnya kalian bisa saling merasakan kan. Hahaha.”
“Mwoya~ Kita ini sudah dewasa nuna, jangan bicara seperti itu lagi. Seperti anak kecil saja.”
“Kembaran? Memang kau kembar ya?” tanya Jangmi tiba-tiba. Asik bicara dengan nuna, aku jadi lupa kalau dia ada di sini. Dia benar-benar tidak tahu kalau aku kembaran Yongguk? Apa dia tidak tahu B.A.P?
“Iya kembar. Bang Yongnam, Bang Yongguk, dan aku Bang Hyojin. Mengerti?” jawab nuna sambil tersenyum geli.
“Bang Yongguk? B.A.P?! Astaga. Aku benar-benar tidak tahu. Pantas saja aku merasa wajahmu familiar.”
“Hahaha. Benarkah kau tidak tahu? Jangan-jangan kau tidak mengenal B.A.P? Wah, kalau benar begitu, Himchan pasti sedih dan berkata mereka harus bekerja keras lagi. Hahaha.”
“Anieyo. Tentu saja aku tahu B.A.P. Setelah dilihat-lihat, kurasa mereka memang kembar. Tapi tetap saja, mereka berbeda.” ucap Jangmi.
“Apa maksudmu berbeda? Yongguk lebih tampan dariku begitu?” tanyaku dengan nada tidak suka.
“Memangnya siapa yang bilang begitu? Maksudku berbeda, ya berbeda. Kau ya kau, Yongguk ya Yongguk.”
“Keurae? Apa kau tidak sedang berbohong karena tidak enak padaku?”
“Tentu saja aku jujur. Buat apa aku berbohong padamu. Kau ini sensitif sekali.” jawabnya dengan galak.
“Yongnam-ah, kau sedang lapar ya? Kenapa marah-marah seperti itu?” tanya nuna.
“Aku tidak marah. Mianhaeyo, Jangmi-ssi. Aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi, benarkan kau tidak bohong? Baguslah.” ucapku sambil tersenyum padanya dan menatap matanya. Sepertinya dia jujur. Yah, kuharap begitu, ucapku dalam hati.
Aku benar-benar bosan, jika ada orang yang mengaitkan aku dengan Yongguk. Bukan berarti aku tidak suka dia jadi terkenal seperti ini. Tentu saja aku bahagia dia bisa sukses. Masalahnya karena kami kembar, semua orang jadi sering mengaitkan aku dengannya. Aku juga tidak bisa pergi dengan tenang karena selalu ada saja fans yang mengenaliku. Follower twitterku yang tadinya hanya 10 menjadi 1000, tapi itupun karena fans-fans B.A.P. Aku ingin dikenal sebagai diriku sendiri, Bang Yongnam, bukan kembaran Yongguk.
-.-
-Choi Jangmi POV-
“Kamsahamnida, Hyojin eonni. Maaf sudah merepotkan.” ucapku sambil membungkuk.
“Gwenchanayo. Aku senang kok bisa berkenalan denganmu. Kau yakin tidak ingin ikut pulang denganku?” ucap Hyojin eonni padaku dan pada Yongnam.
“Ani, aku masih ada perlu. Kau pulang duluan saja. Oiya, tolong bilang pada eomma juga ya.” jawab Yongnam.
“Arasseo. Kalau begitu, aku pergi dulu. Annyeong Jangmi-ssi.”
“Ne. Hati-hati di jalan eonni.” Aku dan Yongnam menunggu hingga mobil Hyojin eonni melewati tikungan.
“Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu.” ucapku. Aku sedang berjalan menuju halaman rumah ketika aku sadar ternyata Yongnam juga berjalan di sampingku.
“Mwohaeyo? Bukannya tadi kau bilang masih ada urusan? Kenapa ikut masuk ke dalam?” tanyaku.
“Ah, aku ingin mampir dulu. Boleh kan?”
“Ne?! Mampir? Memangnya kau tidak lelah dan ingin istirahat ya?”
“Justru itu. Aku akan istirahat di dalam. Berarti boleh kan? Ayo cepat jalannya. Udara sudah mulai dingin.” ucapnya sambil menarik lenganku.
Di rumah, anak-anak langsung menuju kamar dan melanjutkan tidur mereka. Aku dan Eunhee membereskan koper-koper mereka, sedangkan Yongnam menonton TV di ruang depan.
“Selesai. Eunhee-ah, setelah ini eonni langsung berangkat ke coffee shop ya. Kau istirahat lagi saja.” ucapku setelah selesai membereskan 2 koper besar yang mereka bawa ke Jeju-do.
“Ne, eonni.” jawabnya sambil menguap. Di ruang depan, aku melihat Yongnam masih asik menonton acara berita di TV.
“Cheogiyo, aku mau pergi. Kau tidak berencana untuk pulang?” tanyaku padanya.
“Sudah mau pergi? Kemana?”
Ya ampun, kenapa sih namja ini. Aneh sekali. Untuk apa dia bertanya-tanya seperti itu. “Aku mau ke coffee shop. Aku harus bekerja.”
“Aah.. Keuraeyo? Kalau begitu aku ikut.”
“Mwohaeyo? Mau apa kau?” ucapku.
“Tentu saja makan dan minum kopi. Mau apa lagi?”
“Tapi jangan mengeluh ya. Aku ke sana naik bis, bukan naik mobil.”
“Arasseoyo. Ayo cepat berangkat.”
Di perjalanan menuju coffee shop, aku menyadari bahwa Yongnam adalah orang yang sangat baik. Yongnam memiliki kepedulian yang sangat tinggi dan dia selalu percaya bahwa kebaikan bahkan dimulai dari hal-hal yang kecil. Banyak sekali yang ia ceritakan padaku. Kesukaannya pada musik rock, kepeduliannya pada anak-anak, hobinya, keluarganya. Mendengar semua ceritanya, tentu saja membuatku penasaran. Apa Yongguk juga seperti ini? Sebagai fansnya tentu aku tahu kalau dia juga pendonor UNICEF, tapi selain itu aku tidak tahu. Seberapa besar dia mencintai hip-hop, hobinya, keinginannya, mimpi-mimpinya. Saat aku ingin mengutarakan pertanyaan-pertanyaanku, ucapan Yongnam membuatku terhenti.
“Seperti yang semua orang tahu, aku dan Yongguk adalah saudara kembar. Kami punya banyak kesamaan dan juga perbedaan Jangmi-ssi. Aku bahagia bisa melihatnya sukses seperti sekarang. Tapi, ketika orang-orang memperhatikanku karena aku adalah saudara kembarnya membuatku tidak nyaman. Aku ingin, jika memang ada orang yang mengenalku, mereka mengenalku sebagai Yongnam. Mengenal karya-karyaku dan diriku yang sebenarnya.”
Saat mendengar ini aku jadi melihat sisi yang berbeda darinya. Yongnam juga ingin membuktikan dirinya sendiri.
“Ah, mian. Bicaraku jadi melantur.” ucapnya ketika melihatku hanya terdiam.
“Gwenchanayo. Tapi, tunggu. Kau bilang apa tadi? Mian? Sejak kapan kau menggunakan banmal padaku? Kita kan belum lama kenal.” Mendengar ucapanku Yongnam malah tertawa dan aku pun ikut tertawa. Dari sinilah persahabatan kami dimulai.
-.-
-Choi Jangmi POV-
Persahabatanku dengan Yongnam masih terus berlanjut. Semakin mengenalnya, aku jadi semakin yakin akan kebaikannya. Dia sering datang ke rumah singgah sambil membawa banyak sekali makanan untuk anak-anak. Tak jarang dia juga menjemputku pulang dari coffee shop, jika sudah terlalu malam atau hanya sekedar mengantarku ke toko buku. Sering kukatakan bahwa dia tak perlu berbuat seperti itu padaku, tapi dia selalu beralasan bahwa sekalian dia pergi ke sini atau ke sana.
“Aku masih heran, bagaimana bisa kau berpikir seperti itu, Jangmi-ah?” tanya Yongnam sambil tertawa ketika mendengar perkataanku. Selama ini, aku jarang sekali menanyakan tentang Yongguk, meski aku penasaran setengah mati. Aku takut pertanyaanku bisa menyinggung hatinya, sampai suatu hari ia tahu entah darimana bahwa aku adalah fans B.A.P. Kami sedang berada di mobilnya menuju gedung TS entertainment karena Yongnam mengajakku.
“Dulu kau sendiri yang bilang, kau tidak ingin jadi bayang-bayang Yongguk. Jadi kupikir..”
“Hahaha. Bukan berarti seperti itu kan. Masa sampai kau tidak cerita bahwa kau adalah fans B.A.P dan menahan diri untuk tidak bertanya tentang Yongguk. Apalagi Yongguk adalah biasmu kan?”
“Keurae, jalmothaesseo. Jjohnya?” Dasar Yongnam! Aku begini kan supaya tidak menyakiti hatinya. Babo! Menyebalkan.
“Arasseo, arasseo. Mian. Tapi aku benar-benar teman yang buruk ya. Aku sama sekali tidak tahu kalau kau suka B.A.P. Jinjja mianhae.” Suaranya yang berat saat meminta maaf benar-benar terdengar lucu di telingaku sehingga membuatku tertawa.
“Hahaha. Dwaesseo. Dan sebagai bentuk permintaan maaf kau mengajakku juga hari ini. Kau yakin aku malah tidak akan mengganggu kalian?”
“Tentu saja tidak. Jadwal B.A.P sedang kosong. Jadi selagi sempat aku mau mengunjungi Yongguk. Lagipula aku juga mau bertemu Himchan.”
Setibanya kami di gedung TS, Yongnam langsung menelepon Yongguk. “Yongguk-ah, aku sudah sampai. Apa? Makan siang? Eo, arasseo.”
“Ada apa? Tidak jadi ketemu ya?” tanyaku segera setelah Yongnam menutup telepon. Tak bisa kupungkiri aku sedikit merasa kecewa membayangkan tidak jadi bertemu dengan B.A.P.
“Jadi. Yongguk bilang dia dan member yang lain belum makan siang. Jadi dia mengajak bertemu sambil makan siang saja.”
“Oh, begitu. Mmm, Yongnam-ah, apa kau juga akrab dengan member-member yang lain?”
“Hmm, pyeollu ya. Biasa saja. Paling dekat dengan Himchan, mungkin karena kami seumuran.”
“Ah, keurae. Mmm, Yongnam-ah, apa penampilanku oke? Gwenchana?”
“Hahaha. Kau ini kenapa Jangmi-ah? Tidak usah nervous begitu, ini kan cuma B.A.P. Seperti mau bertemu siapa saja. Hahaha.”
“Ya!! Neo! Awas ya kau, menggodaku terus seperti itu.”
“Kau lucu sih. Hahaha. Penampilanmu oke, tenang saja. Ah, itu mereka.” Secara refleks aku pun mengikuti arah pandang Yongnam. Itu B.A.P, benar-benar member B.A.P. Mereka sedang berjalan menuju mobil. Mereka memakai pakaian casual sehari-hari seperti biasa. Yongguk dengan headphone menggantung di leher, Himchan dengan tangan kanan yang masih diperban, Zelo yang sedang menarik-narik tangan kanan Himchan, serta Jongup, Daehyun dan Youngjae yang sedang bercanda satu sama lain. Yongguk sudah hampir membuka pintu mobil sisiku ketika kacanya terbuka. Yongguk tampak terkejut ketika melihatku.
“Mian, aku tadi belum bilang. Aku mengajak temanku.” ucap Yongnam.
“Eo? Eo, keurae.” Yongguk menjawab dengan bingung. Apa dia merasa tidak nyaman aku ada di sini?
Di perjalanan, mobil benar-benar terasa sangat ramai. Yongnam dan Yongguk bicara sambil bertukar kabar, sedangkan member-member yang lain bercanda sendiri-sendiri. Meski begitu, anehnya aku tidak merasa canggung sama sekali. Dengan hati senang aku mendengarkan candaan-candaan mereka.
“Ya!! Apeo!” teriak Himchan ketika Zelo sekali lagi menarik tangan kanannya. Zelo dengan usil mengatakan bahwa ia ingin menandatangani perban Himchan. Tapi, Himchan tidak mengizinkannya.
“Ah, Hyung. Izinkan aku menandatanganinya. Aku juga akan menggambar sesuatu yang lucu. Jadi perbanmu tidak akan tampak membosankan.”
“Andwae. Memangnya aku fansmu. Lagipula gambar anak kecil bahkan lebih bagus daripada gambarmu. Jadi jangan coba-coba.” Mendengar ucapan Himchan ini, tanpa sadar aku jadi tertawa sendiri. Mendengarku tiba-tiba tertawa, mereka langsung terdiam.
“Mianhaeyo. Aku tidak bermaksud mengganggu kalian.” Aku jadi merasa tidak enak pada mereka.
“Kau tidak mengganggu Jangmi-ah. Mian, aku melupakanmu. Yaedeul-ah, ini temanku, namanya Choi Jangmi.” ucap Yongnam yang kemudian disambut dengan sapaan untukku oleh member B.A.P.
“Annyeonghaseyo. Choi Jangmi imnida. Sekali lagi aku minta maaf kalau aku mengganggu kalian.”
“Aniyo, kau sama sekali tidak mengganggu Jangmi-ssi.” ucap Himchan dengan senyum manisnya.
“Chingueyo hyung? Jinjjayo? Kukira yeochinmu.” tanya Daehyun dari kursi paling belakang pada Yongnam. Aku yang mendengar pertanyaan ini jadi kaget setengah mati.
“Ne?! Aniyo. Aku bukan yeochin-nya. Kami cuma berteman saja kok.”
“Syukurlah.”
“Ne?!” ucapku sambil menoleh ke belakang. Yongguk? Apa maksudnya bicara seperti itu?
“Eo… Syukurlah kau tidak berpacaran dengannya. Kau pasti tidak tahu betapa buruknya dia.” ucap Yongguk terbata-bata.
“Ya!! Apa maksudmu? Seenaknya saja bicara. Awas ya kau. Sudahlah, kita sudah sampai. Ayo turun.” jawab Yongnam sambil setengah tertawa.
-.-
-Bang Yongguk POV-
Tanpa sadar aku jadi bicara blak-blakan seperti tadi. Babo! ucapku dalam hati. Aku benar-benar merasa lega karena jawaban Jangmi bahwa dia bukanlah pacar Yongnam. Saat melihatnya duduk di kursi penumpang depan, aku benar-benar kaget. Pertama, karena aku tidak menyangka bisa bertemu lagi dengannya. Kedua, karena aku mengira dia adalah yeochin Yongnam. Tapi syukurlah dugaanku salah. Dari yang kulihat sepertinya Jangmi dan Yongnam memang sudah berteman cukup lama.
Selama makan siang, Jangmi tampak santai. Meski sedikit berbicara, dia tidak terlihat canggung sama sekali. Jangmi lebih banyak tersenyum dan tertawa menanggapi pembicaraan dan candaan kami. Aku ingat, di acara UNICEF beberapa bulan yang lalu, adiknya mengatakan bahwa dia adalah fans berat kami. Saat itu dia tampak malu, sedangkan sekarang dia tampak biasa saja. Aku tidak melihat euforia yang biasanya ada pada fans-fans lain. Apa dia sudah tidak jadi fans kami lagi?
Kami sudah ada di mobil dan hampir berangkat ketika Jangmi menyadari bahwa handphonenya tidak ada. “Mungkin tertinggal di dalam. Perlu kubantu mencari?” ucap Yongnam. Mobil sudah setengah keluar tempat parkir, akan sulit kalau Yongnam pergi dan diganti yang lain.
“Aku saja yang bantu mencari. Kau keluarkan saja mobilnya dulu.” ucapku.
“Kita cari saja dulu di meja tempat kita makan tadi.” ucapku pada Jangmi.
Sesampainya di sana, meja kami sudah kosong dan bersih. “Tenang. Kita tanya saja pada pelayan di sana ya.” Wajahnya tampak mulai panik, aku jadi tidak tega melihatnya.
Setelah bertanya pada pelayan yang membersihkan meja kami, ternyata ia memang menemukan sebuah handphone. Pelayan itu kemudian menyimpannya agar tidak hilang dan agar bisa dikembalikan pada pemiliknya.
“Syukurlah handphone ku tidak hilang. Aku benar-benar panik. Gomawoyo, sudah membantuku mencari.” Kami mengobrol sambil menunggu pelayan tadi mengambil handphone Jangmi di bagian depan restauran.
“Tidak perlu berterima-kasih. Ah, Jangmi-ssi, ada yang ingin kutanyakan padamu.”
“Ne? Tanya apa?”
“Mmm, aku ingat pernah bertemu denganmu. Kau yeoja yang jadi wali asuh di acara UNICEF beberapa bulan yang lalu kan? Kau juga pernah datang di acara fanmeeting kami, kau sedang berulang tahun waktu itu. Benar?”
“Kau ingat? Aku tidak menyangka kau mengingatku. Itu adalah hari ulang tahun yang paling indah. Aku senang kau masih mengingatku.”
“Tentu saja aku ingat. Tapi, kau benar-benar fans yang berbeda ya. Kau tampak biasa saja bertemu kami hari ini, kalau fans lain pasti sudah heboh dan punya euforia besar.”
Mendengar pertanyaanku, dia malah tertawa. “Tentu saja aku bahagia bisa bertemu kalian. Tapi tidak mungkin kan aku berteriak di sini. Bisa-bisa semua orang tahu kalian di sini dan kalian jadi tidak bisa makan dengan tenang. Aku yakin, pasti jarang jadwal kalian kosong dan bisa beristirahat sejenak seperti ini.”
Mengetahui apa yang dipikirkannya, membuatku kaget. Tidak kusangka dia mempertimbangkan hal-hal kecil seperti itu. Yeoja ini benar-benar berbeda.
“Gomawoyo Jangmi-ssi. Kau benar, jarang sekali kami bisa beristirahat seperti ini. Ah, ulang tahunmu waktu itu, seharusnya aku memberi kado yang lebih baik.”
“Aniyo. Tidak perlu. Saat itu kalian menyanyikan lagu untukku saja sudah cukup.” bantahnya.
“Eeii, andwaeyo. Aku tetap akan memberikan sesuatu untukmu. Boleh kuminta nomor handphonemu?” ucapku sambil mengeluarkan handphone dari saku untuk mencatat nomor Jangmi.
“Ne? Untuk apa Yongguk-ssi?”
“Kalau aku ingin memberi kado untukmu, aku harus tahu kemana mengantarnya kan? Dan untuk itu tentu saja aku perlu bisa menghubungimu.” ucapku sambil tersenyum. Jangmi tampak gugup. Wajahnya memerah, lucu sekali.
“Arasseo.” Kemudian Jangmi menyebutkan deretan nomornya. Assa! Dapat! Mulai saat ini aku bisa menghubunginya. Saat itu aku menyadari, aku mulai benar-benar menyukai yeoja ini. Choi Jangmi, aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya, ucapku dalam hati.

Senin, 29 April 2013

As Always, It's You -Chapter 2-

Annyeong yeorobun!!
Inilah chapter 2 dari FF yang aku bikin. Di chapter 2 ini, aku harus minta maaf untuk Himchan oppa (Oppa, jinjja mianhae..). Karena alur cerita sesuai imajinasi tampaknya terlalu panjang, juga karena kritik dan saran dari FF writer sunbae (anin-mawa), diputuskan untuk menghapus karakter Himchan. Jadi, aku langsung memunculkan karakter Yongnam di sini. Beginilah jadinya. Semoga reader tetep suka yaa.. Enjoy..

-Choi Jangmi POV-
Hari ini, seperti biasa, aku berkunjung ke rumah singgah. Semua kegiatan berjalan seperti biasa. Sore itu aku sedang menonton TV, ketika keenam orang adikku tiba-tiba mendatangiku dengan wajah yang mencurigakan.
”Wae? Kenapa kalian melihatku seperti itu?”
“Eonni, minggu depan hari ulang tahunmu kan? Apa kau sudah punya rencana?” tanya Yoona.
“Hahaha. Wae? Waeniriya? Seperti biasanya, eonni akan menghabiskan hari ulang tahunku di sini.”
“Eonni, kurasa sekarang kau harus lebih banyak memikirkan dirimu sendiri. Dan semua itu dimulai dari ini.” jawab Jiho sambil mengeluarkan selembar amplop putih besar.
“Eo? Ige mwoya?”
“Saengil seonmul!! Terimalah eonni.” Yoona dan keempat adikku yang lebih kecil menjawab bersamaan.
“Mwo? Seonmul? Jangnaniya? Ulangtahunku kan masih minggu depan. Simpan saja untuk minggu depan.”
“Eonni, buka saja dulu. Ada dua kejutan untukmu.” paksa Yoona. Akhirnya kuterima amplop putih itu. Di dalamnya terdapat satu lipatan surat dan selembar kertas persegi panjang berwarna biru muda. Kertas biru muda ini yang pertama kali menarik perhatianku. Tak berapa lama, kusadari juga kertas apa ini.
“Ya! Tiket fanmeeting B.A.P? Ige mwoya? Kalian dapat darimana? Kalian beli?”
“Ne. Kau suka eonni? Kami tahu kau sangat menyukai B.A.P, makanya kami membelikanmu ini.” jawab Eunhee dengan semangat.
“Awalnya kami ingin membelikan tiket konser. Tapi ternyata harganya jauh lebih mahal daripada tiket ini. Mianhaeyo nuna.” jawab Eunbok.
“Mwo? Kenapa harus minta maaf? Gomawo. Neomu gomawo. Kalian benar-benar manis. Kamdongidda.”
“Kertas yang satu lagi eonni. Cepat lihat.” ucap Sunji sambil menarik-narik tanganku.
“Arasseo.” Saat kubuka, ternyata lipatan kertas itu adalah sebuah surat dengan logo UNICEF di sisi kiri atasnya. Setelah selesai kubaca, isinya benar-benar di luar dugaanku.
“Daebak! Jinjja daebak! Kalian terpilih jadi dua besar! Waaaa, chukkae. Kalian benar-benar hebat.” ucapku bersemangat.
“Gomawo nuna. Ini semua kan berkat kau juga. Seperti yang tercantum di surat itu, minggu depan tepat di hari ulang tahunmu, kami harus pergi ke Jeju-do. Jadi, nikmati hari ulang tahunmu sambil menonton B.A.P ya.”
-.-
-Choi Jangmi POV-
Ah, mendung. Kumohon, jangan hujan sekarang!
Aku menatap langit dari dalam taksi menuju sebuah hall di daerah selatan Seoul. Pagi tadi aku baru saja mengantarkan adik-adik angkatku ke bandara. Mereka terpilih menjadi 2 besar dari lomba yang telah mereka ikuti. Liburan ke Jeju-do adalah salah satu hadiahnya. Tapi tampaknya, liburan ini juga akan dijadikan semacam MT. Jadi, aku sebagai wali tidak disarankan untuk ikut agar dapat melatih kemandirian mereka.
Sore ini, B.A.P akan mengadakan fanmeeting dan di sinilah aku. Langit yang mendung tidak membuat para fans jadi patah semangat. Buktinya fans yang datang tetap sangat banyak hingga pintu depan hall jadi penuh sesak. Aku juga tak kalah bersemangat. Aku membawa lighstick bunny, yang menjadi official lightstick B.A.P.
Selama dua jam acara fanmeeting, B.A.P menyanyikan 3 lagu. Selain itu mereka juga melakukan interaksi dengan fans melalui games. Dari 2 sesi games sebelumnya, aku sama sekali tidak terpilih. Mungkin hari ini bukan hari keberuntunganku. Tapi, kemudian pada sesi games terakhir, terjadilah keajaiban itu.
“Jja, yeorobun, saat ini kami sudah menyiapkan beberapa gulungan kertas. Sekarang Yongguk hyung akan mengambil satu gulungan. Hyung!” ucap Daehyun sambil memanggil Yongguk.
Setelahnya, Yongguk membuka gulungan kemudian membaca tulisan yang ada pada gulungan kertas tersebut. “Happy birthday”
“Happy birthday? JJamkanman, permainan apa yang bisa kita mainkan dengan Happy Birthday?” tanya Jongup. Mereka hanya saling pandang. Hahaha, lucu sekali ekspresi wajah mereka. Sepertinya mereka tidak tahu harus melakukan apa.
“Ah.. Bagaimana kalau begini saja. Karena games ini juga akan jadi games penutup, bagaimana kalau sedikit kita ubah? Bagaimana kalau kita menyanyi untuk fans di sini yang sedang berulang tahun hari ini?” ujar Himchan.
Mwo? Naneunde. Oneul na saengiliya. Kyaaaa!! Aku benar-benar kaget dan senang sampai-sampai aku tidak sadar bahwa B.A.P sedang memanggil seorang fans yang mengacungkan tangan. Akibatnya, aku sama sekali tidak mengacungkan tangan dan akhirnya fans lainlah yang terpilih.
Andwae… Padahal sedikit lagi aku bisa dekat dengan mereka. Aku benar-benar tidak beruntung. Jajeungna! umpatku dalam hati.
“Chogiyo. Gwenchanayo? Apa kau sedang tidak enak badan?”
“Ne? Ah, aniyo. Aku baik-baik saja kok. Waeyo?” tanyaku balik. Siapa laki-laki ini? Sejak kapan dia memperhatikanku? Jangan-jangan dia orang jahat. Aku benar-benar kaget karena dengan tiba-tiba, lelaki di sebelahku tiba-tiba bertanya seperti itu.
“Keuraeyo? Baiklah kalau kau baik-baik saja. Hanya saja wajahmu tampak seperti kau sedang sakit. Kau juga memukul-mukul pahamu sejak tadi. Jadi kukira kau sakit.”
Hah? Babo. Diriku benar-benar memalukan. Pasti aku memukul-mukulkan tanganku karena terbawa perasaan kesal tadi. “Anieyo. Aku baik-baik saja. Maaf sudah membuatmu khawatir.” ucapku sambil sedikit membungkukkan badan.
“Ah, apa kau sedang berulang tahun hari ini?”
“Ne?? Bagaimana kau bisa tahu?” Siapa orang ini? Benar-benar menakutkan. Tapi, saat aku sedang sibuk mencurigainya, tiba-tiba saja ia sudah berteriak ke arah panggung.
“Chesunghamnida!! Temanku juga berulang tahun hari ini! Bolehkah dia ikut maju?”
“Teman? Chogiyo, apa yang sedang kau lakukan?” bisikku. Akibat teriakannya, semua mata tertuju ke arah kami. Saat itu B.A.P sudah hampir mulai menyanyi.
“Keuromyo. Silahkan maju!” ucap Yongguk. Aku benar-benar kaget dan tidak menyangka. Saking kagetnya, aku sampai terdiam dan bingung harus melakukan apa.
“Ayo cepat maju. Mereka sudah menunggumu.” ucapnya sambil tersenyum. Aneh. Rasa-rasanya aku pernah lihat wajah itu. Tapi dimana ya. Rasanya familiar sekali.
-.-
-Bang Yongguk POV-
Choi Jangmi. Benar dia, ternyata benar dia. Jadi hari ini hari ulang tahunnya. Kebetulan yang menyenangkan. Tapi, yang tadi berteriak kan Yongnam. Apa mereka saling kenal?
“Annyeonghaseyo. Ireumeun mwohaeyo?” tanya Himchan.
“Annyeonghaseyo. Choi Jangmi imnida.” jawabnya sambil tersenyum. Senyumnya benar-benar manis.
“Choi Jangmi ssi. Ah, bukankah kita sudah pernah bertemu sebelumnya di acara UNICEF beberapa waktu yang lalu?” tanyaku.
“Ne. Ternyata kau masih ingat.” jawabnya. Tentu saja aku ingat.
“Apa yang berteriak tadi itu temanmu? Dia tampak bersemangat sekali.” tanyaku lagi.
“Ne? Ahh, ne ne. Dia memang temanku. Hahaha.” Jadi mereka memang saling kenal. Berarti harusnya dia tahu kalau Yongnam kembaranku. Aneh. Sudahlah, bukankah malah bagus. Aku akan meminta nomornya pada Yongnam.
-.-
-Bang Yongnam POV-
Akhirnya acara ini selesai juga. Aku langsung turun dan berjalan menuju ruang belakang. Teriakan para fans benar-benar masih bergema di telingaku. Aish, jinjja! Suara yang memekakkan. Bagaimana bisa mereka tahan dengan semua ini, ucapku dalam hati.
“Brother! Apa yang kau lakukan di sana?” Itu dia, suara yang sangat kukenal seperti suaraku sendiri.
“Yongguk-ah!” teriakku sambil berjalan menuju Yongguk.
“Mwohaneungoya? Melamun lagi? Sudahlah, cepat cari yeochin saja. Jangan hanya mengurus UNICEF dan musik rockmu.” ucap Yongguk.
“Apaan kau ini. Kau juga kan sama. Kita sama-sama peduli pada anak-anak itu, kau juga selalu sibuk dengan B.A.P mu. Kau yang seharusnya cari yeochin. Agensimu kan juga tidak keberatan, asal tidak dipublikasi. Iya kan?”
“Hahaha. Dasar kau! Mendengar ucapanmu, aku jadi teringat lagi kalau kita ini kembar.”
“Dan benar-benar melelahkan menjadi kembaranmu. Bahkan setelah aku memasang tweet seperti itu saja, fansmu masih terus memperhatikanku“
“Mianhae. Privacy mu jadi terganggu.”
“Sudahlah, bukan salahmu juga. Oiya, malam ini aku akan pergi ke Jeju-do, sayang kau tidak bisa ikut.”
“Aah, acara itu. Bagaimana lagi, kami harus mempersiapkan konser. Ini konser pertama, jadi semua orang benar-benar sibuk. Oiya, ada hal yang ingin kutanyakan. Yeoja yang tadi itu, kau kenal?”
“Yeoja? Yeoja yang mana?”
“Itu, yang tadi kau bantu untuk maju. Saat kau berteriak itu. Dia temanmu?”
“Hahaha. Ani. Dia duduk di sebelahku dan kebetulan saja aku tadi membantunya. Memangnya kenapa?”
“Aniya. Keunyang.. Ah, sudahlah.”
“Neo, isanghae. Ya sudah, aku harus segera ke bandara.”
“Eo, keurae. Hati-hati.” Aneh. Bukankah tadi yeoja itu bilang mereka teman.
-.-
-Choi Jangmi POV-
Neon nal kkaeugo utge hae
teukbyeolhae neon jom dareun geol
Acara fanmeeting sudah selesai. Semua fans langsung pulang ketika mengetahui mobil member B.A.P pun sudah meninggalkan gedung. Sesuai dugaan, mendung tadi siang membuat sore ini basah karena hujan. Hujan yang sangat deras. Karena tidak membawa payung, akhirnya aku tidak bisa ke halte untuk pulang naik bis. Terpaksa harus memesan taksi lagi dan selama menunggu taksi, sudah entah berapa kali kuulangi mendengar lagu Happy Birthday milik B.A.P.
Lagu yang indah. Cuaca yang indah. Hahaha. Ah, hari ini memang hari yang sangat membahagiakan. Bahkan sampai sekarang, rasanya masih bisa mendengar suara Bang Yongguk, ucapku dalam hati.
“Bahagia sekali. Karena yang tadi? Bukankah seharusnya kau berterima kasih padaku?”
“Eh? Kau kan namja yang tadi.” Tanpa kusadari namja ini sudah duduk di sampingku.
-.-
-Bang Yongnam POV-
Jam tanganku masih menunjukkan pukul 6 sore, sedangkan pesawatku baru akan berangkat pukul 9. Sebenarnya aku ke sini bukan hanya untuk menonton acara fanmeeting ini. Tapi juga sekalian ingin mengajak Yongguk untuk makan malam bersama. Tapi, tampaknya dia sangat sibuk akhir-akhir ini. Bisa kupahami, B.A.P akan mengadakan konser solo mereka yang pertama. Akhirnya kuurungkan mengajak Yongguk makan malam, agar ia tidak semakin merasa bersalah.
Masih 3 jam lagi. Dari sini ke bandara hanya butuh waktu 1 jam. Sudahlah, aku menunggu di sini saja. Lagipula hujannya deras sekali. Kuputuskan untuk menunggu di bagian depan gedung ketika aku melihat yeoja itu. Eo, dia kan yeoja yang tadi. Sepertinya dia juga sedang menunggu hujan.
“Chogiyo. Apa kau tidak bawa payung? Aku bisa memberimu tumpangan." Tidak ada jawaban. Apa dia tidak dengar? Padahal aku sudah berdiri tepat di belakangnya. Masa tidak dengar
 “Chogiyo.” Kucoba sekali lagi, tapi tetap tidak ada respon. Akhirnya kuberanikan diri untuk duduk di sampingnya. Ya ampun, ternyata dia sedang memakai earphone. Pantas saja tidak dengar, aku sudah duduk di sampingnya saja dia tidak sadar. Hahaha. Lucu sekali. Tanpa kusadari aku jadi tersenyum sendiri memperhatikan yeoja ini.
“Kau tampak bahagia sekali. Karena yang tadi? Bukankah seharusnya kau berterima kasih padaku?” tanyaku dengan suara sedikit lebih keras.
“Eh? Kau kan namja yang tadi.”
“Kenalkan, nae ireumeun Bang Yongnam imnida.”
“Ah, Choi Jangmi imnida.” Apa-apaan namja ini. Tiba-tiba mengajak berkenalan. Tapi, tunggu. Dia bilang siapa namanya tadi?
“Bang Yongnam? Jangan bilang kau saudara kembar Bang Yongguk. Pantas..”
“Hahaha. Memang iya. Pantas apa?”
“Saat tadi melihatmu rasanya seperti sudah pernah bertemu sebelumnya. Ternyata kau kembaran Bang Yongguk, jadi pantas saja wajahmu mirip dengannya.”
“Keuronga.. Harusnya wajahnya yang mirip denganku. Aku yang dilahirkan lebih dulu.”
“Hah? Bukankah sama saja? Ah, ya. Kau tadi sudah membantuku. kalau kau tidak berteriak, pasti aku tidak akan bisa maju ke depan. Kamsahamnida.”
“Cuma terima kasih? Idolmu menyanyi untukmu bukankah itu hadiah yang indah di hari ulang tahunmu? Kau harus mentraktir aku makan lain kali.”
“Hahaha. Baiklah. Aku sedang menunggu taksi. Kalau kau mau aku bisa mentraktirmu sekarang. Kebetulan sedari tadi siang aku juga belum makan.”
“Anieyo. Aku tidak bisa. Aku harus pergi ke Jeju-do malam ini. Tapi kau harus tetap mentraktirku. Aku akan menyimpan nomormu, jadi setelah aku kembali dari Jeju-do, kau akan kuhubungi. Bagaimana?”
“Ckckck. Bukankah kalau kau tidak bisa, seharusnya aku tidak perlu mentraktirmu lagi. Baiklah, baiklah. Ini nomorku.” Yeoja itu pun menyebutkan nomor HP nya yang langsung kumasukkan dalam kontak HP ku.
“Ah, taksiku datang. Maaf, aku harus pulang duluan. Aku tidak ingin pulang terlalu malam. Mmm, apa kau butuh tumpangan taksi?”
“Hahaha. Bagaimana bisa semudah itu kau memberi nomor HP pada orang yang baru kau kenal lalu menawarkan tumpangan taksi? Berhati-hatilah pada orang asing. Kamsahamnida. Aku bawa mobil sendiri.”
“Ah, baiklah. Kalau begitu, aku pulang duluan.”
Yeoja itu, entah terlalu baik atau terlalu polos. Tentu saja aku harus menolak tawaran makan malammu hari ini. Kalau kuterima, aku jadi tidak punya alasan lagi untuk bertemu denganmu.
-.-
-Author POV-
Di dalam mobil, Bang Yongguk tidak bisa berhenti memikirkan kejadian saat fanmeeting tadi sore. Yongguk sama sekali tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan Jangmi. Sepanjang perjalanan, ia hanya tersenyum mengingat wajah merah Choi Jangmi tadi. Ia sama sekali tidak memperhatikan Daehyun yang sedang berlatih di dalam mobil, sampai Daehyun menyanyikan satu lagu milik mereka. Crash. Ya ampun, ada apa denganku? Bahkan sekarang aku jadi ingin ikut bernyanyi, ucap Yongguk dalam hati.
Maldo andwae jeongmal wanbyeokhae
Sumi gappa igeon banchigingeol
Neoui nun geu ip geu modeunge
Naui maemeul da heundeuro noheungeol
Di mobil yang berbeda, Bang Yongnam juga memikirkan hal yang sama. Perasaan apa ini? Kenapa hanya karena bertemu seorang yeoja, jantungku jadi berdegup tak karuan? Aarrghh, ucap Yongnam dalam hati.

Rabu, 17 April 2013

As Always, It's You -Chapter 1-



Tadaahhh! Akhirnya, bikin juga FF. Berawal dari ide-ide cerita yang muncul di kepala, sebenernya nggak pernah ada niat untuk dituangkan dalam tulisan. Tapi, karena dorongan semangat dari sahabat, Anin dan Mawa, jeng jeng! Jadilah. Haha. Karena baru pertama kali bikin, pasti masih banyak kesalahan. But, i hope you will enjoy the story. :D
Selamat baca!!!
Cast:
Choi Jangmi
Bang Yongguk
Kim Himchan
B.A.P member


-Jangmi POV-
“Yaedeul-ah!! Na wasseo!!” Di sinilah aku, rumah singgah tempatku biasa menghabiskan waktu senggang jika sedang tak ada kuliah, tugas, ataupun pekerjaan. Rumah ini hanyalah rumah sederhana tempatku menampung 6 orang anak yatim piatu. Tentu saja, rumah ini bukanlah rumahku sendiri. Rumah ini adalah rumah pemberian Appa dan Eomma, ketika mereka tahu niatku untuk menampung dan merawat ke-6 anak jalanan ini. Kedua orang tuaku pun terkadang membantu pembiayaan mereka, meski aku juga memiliki penghasilanku sendiri. Appa bersikeras ingin membantu, agar waktuku kuliah tetap tidak akan terganggu meski aku juga memiliki pekerjaan sambilan.
“Eonni!!”
“Jangmi nuna!!” Ke-6 orang anak ini selalu langsung memelukku ketika aku datang. 2 orang anak laki-laki dan 4 orang anak perempuan. Mereka semua sudah kuanggap adikku sendiri dan aku sangat menyayangi mereka.
“Hei, kalian sedang apa? Sudah selesai latihannya?”
“Baru saja selesai eonni. Hari ini aku berlatih dengan sangat baik. Aku sudah bisa mengikuti gerakan-gerakan yang diajarkan oleh Jiho oppa.” jawab Yoona. Dia adalah adik asuhku yang usianya paling muda, 5 tahun. Sedangkan Jiho, yang tadi dia bicarakan adalah yang paling tua, 15 tahun.
Sejak 1 bulan yang lalu, setiap hari Selasa dan Jumat, mereka berlatih menari. Beberapa bulan yang lalu, saat sedang browsing internet, secara kebetulan aku menemukan info lomba anak-anak asuh berbakat yang diadakan oleh UNICEF. Lomba ini diadakan di beberapa negara. Tentu saja, aku langsung teringat oleh adik-adikku ini. Saat itu aku berpikir, lomba ini bisa meningkatkan rasa percaya diri mereka. Tak disangka, dari video yang kukirimkan pada pihak penyelenggara, video kami berhasil masuk 10 besar. Ketika mendengar kabar ini, mereka begitu bahagia dan bersemangat. Akhirnya, mereka selalu rutin berlatih gerakan-gerakan koreografi yang diciptakan Jiho. Hari ini adalah hari terakhir mereka latihan, karena besok mereka sudah harus tampil langsung di depan para juri.
“Ah, jinjja? Eonni sudah sering bilang kan, kalau terus berlatih dan selalu mendengarkan Jiho oppa, kau pasti bisa. Bagaimana dengan yang lain, bisa kan?” tanyaku.
“Bisaa!!” jawab Eunbok, Eunhee, Sunji, dan Minju bersamaan.
“Hahaha. Kalian memang anak-anak yang sangat pintar. Jiho juga selalu bisa diandalkan”. Jiho yang kupuji hanya tersenyum.
“Jja, karena besok kalian sudah harus tampil, latihan hari ini cukup ya. Lihat, Eonni bawa banyak makanan. Sekarang kalian mandi lalu kita makan bersama ya. Setuju?”
“Ne~” sahut mereka berbarengan. Kemudian mereka langsung berlarian untuk mandi.
Aah, bahagianya melihat mereka semangat seperti ini. Sebaiknya malam ini aku tidur di sini saja untuk mempersiapkan semua kebutuhan mereka besok.
-.-
-Choi Jangmi POV-
Yes, I’m hero, neowa dalla nal follow
Amuri naege matseoryeo haedo, nal mageul sun eobseo
I’m from zero, al su eobseo neon hollow
Eonjengan muneojigo mal geoya, you ain’t got halo
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun untuk mempersiapkan kebutuhan adik-adikku untuk tampil nanti sore, seperti pakaian dan sepatu. Bangun pagi sambil mendengarkan lagu B.A.P memang selalu membuatku bersemangat. Haha.
“Apa yang sedang kau lakukan nuna? Kenapa senyum-senyum sendiri?”
“Ya! Kim jiho! Kamjjakiya. Sejak kapan kau ada di situ? Mengagetkanku saja.”
“Aku sudah di sini sejak 10 menit yang lalu. Apa nuna tidak sadar, aku sudah membantumu melipat beberapa pakaian?”
“Ah, keurae? Hahaha. Mian, aku tidak tahu. Tumben kau bangun pagi-pagi? Kenapa? Terlalu gugup jadi tidak bisa tidur?”
Jiho menghela napas. “Aku terbangun karena musikmu nuna. Terlalu keras, jadi aku terbangun. Melihat dari caramu tersenyum, B.A.P lagi ya?”
“Eo. Bagus kan lagunya? Hahaha.”
“Aku belum pernah dengar. Lagu baru mereka one shot kan?”
“Lagu ini ada di album one shot itu, Jiho-ah. Judulnya Zero.”
“Aah. Begitu rupanya.” jawab Jiho singkat.
“Gara-gara kau sering memutar lagu-lagu mereka, Eunhee, Sunji, Minju, dan Yoona juga jadi menyukai B.A.P. Bahkan mereka selalu berteriak-teriak, seperti fans remaja.”
“Ah, ahjumma. Annyeonghaseyo. Hahaha. Jinjjayo? Neomu giyeowoyo.” Kim Wonhee adalah wanita separuh baya yang dibayar Appa untuk membantuku merawat adik-adikku sehari-hari. Tentu tak setiap hari aku bisa datang kesini. Aku tetap harus kuliah dan melakukan pekerjaan sambilan.
“Kejadian yang paling lucu adalah ketika Jiho dan Eunbok bertengkar masalah gerakan tarian. Hahaha”
Mendengar ucapan ahjumma, aku langsung menoleh pada Jiho. “Kim Jiho, kau dan Eunbok bertengkar? Kenapa?” tanyaku.
“Jangan marah dulu nuna. Eunbok sepertinya juga mulai suka pada B.A.P. Apalagi setelah mendengarkan lagu terbaru mereka. Dia memaksaku untuk menciptakan koreografi yang sama persis dengan gerakan push-up dance B.A.P. Tentu saja aku menolak. Aku kesulitan, lagipula kalau aku bisa, apa mungkin aku mengajarkan gerakan seperti itu pada 4 adik perempuanku? Yang benar saja.”
Mendengar penjelasan Jiho, aku langsung tertawa terbahak-bahak. Aku sama sekali tidak menyangka, rasa sukaku pada B.A.P bisa menular pada mereka.
“Lalu, memangnya kau tidak suka?” godaku.
“Lagu mereka bagus. Tapi kau tahu aku tidak pernah jadi fans seperti itu nuna. Lagipula sebentar lagi juga kau akan pindah menyukai idol lain”
“No no. Kau salah Kim Jiho. Kali ini berbeda, nuna benar-benar suka. Kau masih kecil, jadi tidak akan mengerti. Hahaha.” jawabku.
Memang benar. Kali ini berbeda. Banyak grup yang pernah kusukai, tapi aku tidak pernah punya bias di tiap grup-grup itu. Kali ini rasanya berbeda, pikirku.
-.-
-Choi Jangmi POV-
Only one shot Only one shot
You only have last chance you know
“Kyaaaaaaa!!! B.A.P! B.A.P!” Teriakan penonton benar-benar membahana ke seluruh hall. Sekitar 30 menit yang lalu, adik-adikku telah tampil dengan nomor urut paling akhir. Penampilan mereka benar-benar bagus. Meskipun Yoona sempat melakukan beberapa kesalahan gerakan, tapi secara keseluruhan mereka tampil dengan baik. Aku sempat harus sedikit ikut bergerak dari kursi tamu untuk membantu Yoona. Kami tinggal berharap juri akan memberikan penilaian yang bagus. Setelah penampilan seluruh peserta, B.A.P tampil membawakan lagu One Shot. Acara ini memang tidak hanya dihadiri perwakilan UNICEF dan artis-artis pengisi acara, tetapi juga penonton biasa. Jadi tak heran, jika sejak acara dimulai suasana benar-benar ramai dengan teriakan penonton untuk idol masing-masing. Meskipun penggunaan lightstick, poster, dan spanduk dilarang, tapi semangat fans benar-benar tidak bisa dibendung.
Pasti menyenangkan, bisa berteriak penuh semangat seperti fans-fans itu. Andai aku duduk di sana, suara teriakanku pasti menjadi salah satu yang paling keras, batinku, tapi aku sama sekali nggak menyesal. Kenapa harus menyesal? Meski tidak bisa berteriak seperti para fans itu, aku tetap yang paling beruntung. Dalam acara ini, seluruh pengisi acara duduk di depan panggung bersama tamu-tamu undangan yang lain. Hanya para juri yang duduk terpisah. Aku yang menjadi wali dari ke-6 orang adik-adikku, tentu saja menjadi tamu undangan di sini. Jadi keuntungannya adalah aku bisa melihat sosok-sosok B.A.P dari dekat. Kyaaaaaa!! teriakku dalam hati. Aku benar-benar beruntung.
Setelah ini, acara akan dilanjutkan dengan talk session. Sebelum acara dimulai tadi, seorang scriptwriter telah mendatangiku dan menjelaskan rundown acara. Jadi pada talk session ini, para peserta akan diajukan beberapa pertanyaan oleh MC. Tetapi, hanya 2 orang dari tiap kelompok peserta yang akan naik panggung. Tentu saja, kuputuskan Jiho, sebagai yang paling tua, untuk naik ke panggung. Selain Jiho, Eunhee, sebagai adik perempuan paling tua yang akan maju.
“Ne! Silahkan naik ke atas panggung untuk ke-10 peserta kita!” ucap MC dengan lantang.
“Ah, itu kalian sudah dipanggil. Ayo, Jiho, Eunhee! Fighting!” ucapku pada Jiho dan Eunhee yang duduk satu meja denganku.
-.-
-Bang Yongguk POV-
“Argh, aku benar-benar lelah. Apa kita benar-benar tidak boleh beristirahat di ruang tunggu saja hyung?” tanya Youngjae.
“Andwae. Kita harus kembali ke depan. Bertahanlah Yoo Youngjae. Sebentar lagi kan acara selesai.” Sebenarnya aku merasa kasihan pada dongsaeng-dongsaeng ku. Setiap hari kami harus melakukan promosi One Shot. Apalagi di sela jadwal promosi, kami harus sering melakukan latihan. Youngjae lah yang memang sering tampak paling lelah. Sejak Himchan cedera, dia harus menggantikan part-part Himchan. Kalau bisa menunggu di ruang tunggu, tentu mereka bisa tidur. Tapi jika harus duduk di depan panggung?
“Ah, ne~. Arasseo hyung. Mianhaeyo. Tak seharusnya aku mengeluh seperti tadi.”
“Gwenchana. Baiklah, kurasa tidak apa-apa kalau kita beristirahat di ruang tunggu dulu selama 15 menit.” Aku menyerah, kasihan mereka. Biar nanti kubicarakan dengan manager hyung.
Di ruang tunggu, Youngjae dan Daehyun langsung tertidur. Meski sebentar, mereka memang butuh tidur. Sementara, maknae line kami, Jongup dan Zelo, masih saja bersemangat dan terus bergerak. Mereka benar-benar seperti robot dengan unlimited power.
“Yongguk-ah, sudah saatnya kembali ke depan.” ucap manager hyung dari balik pintu.
“Ah, ne!” Sudah saatnya membangunkan mereka.
“Daehyun-ie, Youngjae-ah! Ireona. Sudah saatnya kita kembali ke meja depan. Ayo cepat bangun!”
“Ne~ hyung.” ucap Daehyun dan Youngjae berbarengan.
“Daehyun-ie hyuuungg~~ Youngjae hyuuunngg~~” Zelo mulai melucu lagi. Anak satu ini memang tahu cara membuat hyungnya bersemangat lagi. Sementara Zelo memanggil nama Daehyun dan Youngjae dengan nada-nada lucu, Jongup malah menari-nari sendiri menyesuaikan nada yang diberikan Zelo.
“Mwoyaa?” ucap Youngjae. Tapi bisa kulihat ia dan Daehyun tertawa pelan.
-.-
-Bang Yongguk POV-
Saat kami tiba di depan panggung lagi, talk session sudah pada peserta nomor urut 9. Kedua anak lelaki yang maju untuk nomor urut 9 ini sangat lucu. Tapi ketika kami sudah duduk, aku hanya sempat mendengar mereka berteriak ”Teen Top johayo!!” dan disambut dengan tawa penonton.
“Apa tadi pertanyaannya?” tanya Jongup.
“Eo? Molla. Aku tidak dengar.” jawab Zelo “Apa pertanyaannya hyung?” tanya Zelo lagi, tak jelas untuk siapa.
“Mungkin MC bertanya Grup Idol yang paling mereka suka.” jawab Daehyun asal.
“Jja, sekarang untuk peserta nomor urut 10, Jiho dan Eunhee. Kita mulai dari pertanyaan, grup idol apa yang paling kalian suka?” tanya MC. Ah, ternyata benar itu pertanyaannya. Siapa ya yang mereka suka?
Peserta nomor urut 10 ini memang cukup menarik perhatianku. Mereka sangat lucu dan bersemangat. Tapi, yang membuatku paling mengingat tim nomor 10 ini, bukanlah pesertanya. Tapi wali mereka yang duduk di kursi tamu. Sempat beberapa kali, gadis kecil berambut panjang yang diikat tinggi, melakukan kesalahan. Dan setelah melakukan kesalahan, dia akan melihat ke arah walinya. Kemudian walinya akan sedikit-sedikit memberi gerakan kecil. Cara dari wali tim nomor 10 ini melakukan gerakan kecil, benar-benar sangat lucu. Apalagi wanita ini juga memiliki rambut panjang yang diikat tinggi, sama seperti adik asuhnya. Sungguh sangat lucu.
“B.A.P!!” jawab si anak perempuan dengan lantang. B.A.P? Kami? pikirku.
“Hahaha. Sepertinya Eunhee sangat menyukai B.A.P ya? Kau menjawab pertanyaan dengan semangat penuh.” ucap MC.
“Anieyo.” jawab Eunhee lagi. Aah, jadi namanya Eunhee. Tapi apa maksud perkataan anak ini. Hahaha. Lucu sekali.
“Wae? Barusan kau bilang suka tapi lalu kau bilang tidak. Lihat, B.A.P oppa sampai kebingungan. Hahaha” tanya MC lagi. Aku langsung reflex memandang wajah dongsaeng-dongsaengku. Sebenarnya, bukan wajah bingung. Kulihat dongsaeng-dongsaengku malah tertawa mendengar jawaban lucu Eunhee.
“Ah, ne. B.A.P johayo. Keunde eonni ga ddo johayo. Eonni lebih menyukai B.A.P” jawab Eunhee.
“Jeongmal? Tapi Eonni siapa yang kalian bicarakan?” tanya MC lagi. Benar. Eonni yang mana? Wali merekakah?
“Wali kami. Choi Jangmi nuna. Dia sangat menyukai B.A.P. Dia adalah fans B.A.P. Saat bangun tidur, dia akan mendengarkan lagu B.A.P, saat hujan, saat senang, saat menangis, saat mau tidur. hanya lagu B.A.P yang nuna dengarkan. Jadi ketika ia berkunjung ke rumah singgah, kami selalu menyebut hari itu hari B.A.P” jawab Jiho.
Satu rentetan jawaban panjang itu langsung disambut tawa yang membahana oleh penonton. Aku langsung menoleh untuk melihat wajah wanita itu. Wajahnya merah. Lucu. Jadi namamu Choi Jangmi. Kau menyukai kami? Jinjja?
-.-
-Choi Jangmi POV-
“Jadi ketika ia berkunjung ke rumah singgah, kami selalu menyebut hari itu hari B.A.P”
Kalimat terakhir Jiho ini benar-benar membuatku malu. Aku tidak pernah tahu mereka punya julukan seperti itu. Hari B.A.P? Kim Jiho! rutukku dalam hati.
“Choi Jangmi-ssi, jadi kau sangat menyukai B.A.P ya? Apa benar yang dikatakan Jiho?” tanya MC padaku. Ah, eottohke. Aku harus jawab apa.
“Ah, ne. Aku menyukai B.A.P sejak mereka debut sampai sekarang. Semua lagu mereka bagus.” jawabku. Semoga suaraku tidak bergetar dan wajahku tidak merah.
“Hahaha. Karena ada B.A.P di sini, akan kuberi kesempatan mengucapkan halo pada mereka. Silahkan Choi Jangmi-ssi”
“Ne??” Apa? Mengucapkan halo? Jinjja? “Ah, ne.” Babo-ya. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. “Annyeonghaseyo. Choi Jangmi imnida. Aku adalah fans kalian dan aku sangat menyukai lagu-lagu kalian” ucapku sambil membungkukkan badan.
Kemudian semua member B.A.P pun berdiri menghadapku dan membungkuk. “Annyeonghaseyo. Ah ne, kamsahamnida”
“Aah, chesunghamnida Choi Jangmi-ssi. Akan sangat menyenangkan kalau kalian bisa bersalaman. Tapi karena keterbatasan waktu, aku tidak bisa melakukannya.”
“Ne~” ucapku sambil tersenyum malu. Ya ampun, bisa mengucapkan halo pada mereka seperti tadi saja sudah menjadi keberuntungan yang sangat besar. Aku tidak akan meminta lebih. Aku sudah sangat senang!!
-.-
-Bang Yongguk POV-
“Akan sangat menyenangkan kalau kalian bisa bersalaman. Tapi karena keterbatasan waktu, aku tidak bisa melakukannya.” ucap MC sambil memohon maaf.
Sayang sekali. Memang akan sangat menyenangkan kalau bisa bersalaman, apalagi berkenalan. Semua ini gara-gara waktu!! Ah, backstage! Dia pasti akan ke backstage untuk bicara dengan PD atau scriptwriter. Akan kutemui dia di sana.
Acara berakhir. Aku dan member B.A.P lainnya langsung menuju ruang tunggu. Selesai mengganti stage costum dengan pakaian biasa, aku langsung berencana untuk mencari yeoja itu. Choi Jangmi. Apa yang harus kukatakan setelah bertemu denganmu? Tidak mungkinkan aku langsung meminta nomor handphonenya. Meski dia fans, tapi kurasa itu akan sedikit aneh, pikirku. Ah! Moreugesseo. Yang penting bertemu dulu.
“Yaedeul-ah! Ayo berangkat. Kalian masih ada jadwal promosi radio lagi!”
Mwo?! “Jigeum hyung?” tanyaku.
“Tentu saja. Ayo, kita bisa terlambat.” ucap manager hyung lagi.
Tapi… Ah, sudahlah. Lain kali bisa kuminta. Tapi, apa akan ada lain kali?

B.A.P

B.A.P