CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages - Menu

Selasa, 19 Juni 2012

WE ARE STILL FRIEND, AREN'T WE?

A..
Inisial nama seseorang yang kuanggap sahabat sejak saat itu. Sejak saat bangku perkuliahanku dimulai, saat masa-masa ospek berlangsung. Dia bukan siap-siapa pada awalnya, tapi tugas-tugas ospek yang memaksa kami untuk sering bersama membuat kami cukup dekat. Sering bicara, bercanda, sms, usil-usilan.

Banyak kenangan yang bisa kuingat tentang dia. Saat-saat aku dan teman-teman kelompok merasa capek karena tugas yang banyak, dia sering melakukan sesuatu yang sangat bodoh dan lucu. Main balap karung pake plastik misalnya. Hahaha. Selain itu, ada saat-saat kami saling curhat, saling janji beliin es krim yang entah kapan bakal terlaksana. Menemani dia beli 2 atau 3 ikat kayu bakar, lalu saat ospek ketika dia tak hapal sedikitpun lagu angkatan, lagu jurusan. Saat dia marah.

Sampai ketika, bisa dibilang, aku jatuh cinta pada seorang cowok. Seorang cowok yang nggak akan pernah lagi kuingat. Seorang cowok yang membuatku menjauhi A. Tapi, meski begitu, kurasa, kami selalu dekat dengan cara kami sendiri. Ngobrol udah jarang, sms apalagi. Tapi satu hal yang nggak pernah dia lupa lakukan. Ngusilin aku saat kami ketemu. Membuatku kesel, sekesel-keselnya. Tapi justru itu yang membuat kami dekat dengan cara yang berbeda.

Sampai beberapa bulan lalu, kenangan-kenangan itu masih membahagiakan. Sampai beberapa bulan lalu..

yap, beberapa bulan yang lalu karena mata kuliah dengan SKS 0, kami seangkatan diharuskan pergi mengunjungi beberapa perusahaan sekalian jalan-jalan. Malam itu, di Surabaya, terjadi sesuatu. Sesuatu yang membuat aku sadar bahwa perasaanku ke dia nggak lagi sama. Perasaan sayangku ke dia bukan lagi untuk sahabat. Kebahagiaanku saat dia ngusilin aku, bukan lagi kebahagiaan yang sama. Aku suka dia, itu yang kutau. Lalu, apa? Dia udah punya cewek, 2 tahun lebih. Dan parahnya sebagai sahabat jauh (*miris), aku juga tahu kalo dia sangat menyayangi ceweknya.

Hei, tapi bukan berarti aku akan merencanakan plot-plot jahat buat misahin mereka. Ceweknya juga temenku kan.. Demi Tuhan, ngeliat mereka berantem aja aku sedih. Yah, meski aku menikmati saat-saat dia ngusilin aku, lebih dari sebelumnya. Terus? Keputusanku adalah tetap memendam perasaan ini, hingga perasaan ini menguap sendiri. Entah kapan, tapi aku yakin, dengan berlalunya waktu perasaan ini akan pergi tanpa kusadari, sama seperti saat datang.. Awalnya sih, itu yang kuyakini.

Suatu hari, berita itu datang. Ceweknya sakit. Aku tahu, ceweknya akhir-akhir ini sering sekali sakit. Hingga terkadang, dia harus jauh-jauh ke Jakarta untuk mengantar ceweknya pulang. Sampai sekarang aku nggak tahu dia sakit apa, yang aku tahu sakitnya makin parah. Dan, aku merasa jadi teman paling jahat sedunia. Bisa-bisanya aku, suka sama cowok, padahal cewek dari cowok yang aku suka sedang sakit keras, dan ceweknya itupun temanku sendiri. Aku bener-bener ngerasa gila dan tiba-tiba menjadi tokoh antagonis yang pantas dihujat dan dibenci. Hingga mulai saat itu, keyakinanku bahwa perasaan ini akan menguap sendiri, kubuang jauh-jauh. Aku nggak boleh jadi jauh lebih jahat dari ini. Perasaan ini harus kubuang jauh sekali.

Dan beginilah caraku. Aku menjauhinya. Awalnya aku nggak yakin akan bisa kulakukan. Tapi, entah apa alasannya, atau mungkin Allah yang membantuku, kurasa A pun menjauhiku. Sekarang kami sudah nggak lagi seperti seseorang yang saling kenal. Saat saling berpapasan, kami udah nggak pernah bertegur sapa lagi. Dan jangan harap dia akan ngusilin aku lagi. Pernah sutu hari, saat A sedang duduk di gazebo mengerjakan laporannya, kemudian aku datang dan duduk di meja yang sama, dia langsung mengangkat laptopnya dan pindah ke meja lain.

Kalau dia menjauhiku karena ceweknya, dengan ikhlas aku akan sangat mengerti. Tapi, satu hal yang sangat ingin kutanyakan padamu sahabat, we are still friend, aren't we?

Aku kangen persahabatan kita, lebih dari segala yang bisa kurindukan sekarang. Titik. Cuma persahabatan. Aku nggak minta lebih.

0 komentar:

Posting Komentar

B.A.P

B.A.P